Mohon tunggu...
Humaniora Pilihan

Trend "Menikah Muda" di Kalangan Masyarakat Milenial

28 Juli 2018   16:18 Diperbarui: 28 Juli 2018   16:57 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

* Terdedikasi untuk seluruh generasi muda yang mengidam - idamkan pernikahan di usia muda*

Menikah muda belakangan ini sedang marak - maraknya kita saksikan di sosial media terlebih lagi sejak beberapa pasangan muda yang baru menikah gemar memamerkan potret kebahagiaan mereka di sosial media utamanya sosial media Instagram, seolah - olah pernikahan yang mereka jalani sangat sempurna dan penuh dengan kebahagiaan. 

Hal tersebut membuat para generasi millenials merasa terkagum - kagum, membayangkan kebahagiaan serupa, sampai pada titik dimana mereka benar - benar "kebelet" menikah di usia muda, sehingga menikah muda menjadi trend di kalangan masyarakat millenials. Trend menikah muda benar - benar membawa pengaruh besar bagi sebagian masyarakat millenials, terbukti dengan menjamurnya akun - akun di sosial media Instagram berkedok dakwah yang justru tanpa kita sadari lebih banyak mengkampanyekan trend menikah muda sehingga generasi millenials tertarik untuk mengikuti trend tersebut.

Pernahkah kita menyadari bahwa kampanye atau ajakan menikah muda berupa potret betapa bahagianya pasangan yang menikah muda di sosial media sistemnya seperti bisnis Multi Level Marketing (MLM) ? Seperti yang kita ketahui bahwa dalam menjalankan bisnis MLM, seseorang diharuskan mampu untuk menyampaikan dan memperlihatkan sesuatu yang sedang dipasarkan dari segi yang baik dan bagusnya saja tanpa memperlihatkan hal - hal buruknya padahal hal - hal buruknya jauh lebih banyak dari pada hal baiknya.

Maka seperti itulah cara kerja pihak - pihak yang mengkampanyekan menikah muda sehingga para generasi atau masyarakat millenials tertarik untuk ikut serta di dalamnya tanpa mempertimbangkan hal buruk apa yang akan terjadi dalam jangka panjang.

Menikah muda adalah suatu tindakan yang baik terlebih dalam ajaran agama Islam. Menikah muda sangat banyak membawa manfaat bagi mereka yang menjalaninya dengan mental, fisik, dan psikis yang sudah siap, yakni dapat terhindar dari dosa zina, mendapat pahala hingga berlipat ganda, hidup lebih sehat, memiliki waktu bersama lebih banyak, jika memiliki anak maka usianya tidak terpaut sangat jauh, dan banyak lagi manfaat menikah muda.

Sayangnya, manfaat tersebut hanya akan dirasakan oleh anak muda yang mental, fisik, psikis, dan ekonominya sudah siap, mengapa? Sebab tak sedikit pasangan yang memilih menikah muda hanya merasakan kebahagiaan di awal pernikahan dan berakhir di meja hijau karena tidak sanggup untuk menyelesaikan masalah rumah tangganya. 

Seperti kasus dari Taqy Malik, seorang penghafal Al - Qur'an berwajah tampan yang memilih menikah di usia 20 tahun dengan salah satu tujuan pernikahan agar bisa hijrah bersama dengan pasangannya yang kala itu berusia 18 tahun hanya bertahan selama tiga (3) bulan, salah satu penyebabnya karena sang istri yang mental dan psikisnya belum siap sehingga masih ingin menikmati masa mudanya yang bebas.

Trend menikah muda di kalangan masyarakat millenials tidak hanya menarik perhatian anak muda yang mental, psikis, fisik, serta ekonomi yang sudah siap, tetapi juga menarik perhatian anak muda yang tidak siap secara mental, psikis, fisik, dan ekonomi sehingga apa yang terjadi? Kebahagiaan yang di harapkan tidak sesuai dengan realita yang dialami akibat masalah yang muncul dirumah tangganya tidak dapat diselesaikan secara mandiri. Selain itu banyak hal buruk yang terjadi jika pasangan nekat untuk menikah muda padahal fisik, psikis, mental, dan ekonomi belum siap, antara lain :

1. Kadar kedewasaan yang belum stabil menyebabkan pasangan yang menikah muda rentan terhadap perceraian

2. Kondisi ekonomi yang belum siap secara baik sangat berpengaruh besar terhadap berlangsungnya kehidupan rumah tangga. Kalimat "uang tidak bisa membeli segalanya" adalah benar adanya sebab memang ada beberapa kebahagiaan yang benar - benar tidak bisa di beli dengan uang tapi kitapun tidak boleh mengabaikan kalimat "tetapi segalanya butuh uang" apalagi untuk orang yang sudah berumah tangga dan cepat memiliki anak, pasti akan membutuhkan banyak uang untuk membeli seluruh kebutuhan anak, istri, juga kebutuhan rumah tangga lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun