Mohon tunggu...
Indah Sundari
Indah Sundari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi universitas riau

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Remaja dalam Proses Menuju Kedewasaan

6 Maret 2022   14:39 Diperbarui: 6 Maret 2022   14:42 2333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Remaja adalah masa perubahan manusia dari anak -- anak menuju dewasa, Remaja dalam tahap menyesuaikan 'sense of self'. Remaja tidak dapat disebut sebagai anak-anak dan juga tidak bisa disebut dewasa. Masa remaja dapat juga disebut sebagai masa labil. 

Remaja pada umumnya memiliki tingkat emosi yang kurang stabil dibanding dewasa. Manusia dapat dikatakan sebagai remaja ketika menginjak umur belasan tahun. 

Dalam biologis, perkembangan remaja di tandai oleh perubahan fisik atau pubertas, maupun kemampuan berpikir secara abstrak, dan kematangan seksual. 

Remaja merupakan salah satu fase perkembangan manusia yang paling cepat. Remaja cenderung memiliki rasa penasaran yang tinggi dan emosi yang belum stabil, untuk itu remaja masih sangat memerlukan kontrol dari orang tua. Ada banyak remaja yang mendapatkan kurang perhatian serta kontrol dari orang tua sehingga terjerumus dalam kenakalan remaja.

Pada masa remaja juga mulai tertarik dengan hubungan romantis, sehingga tidak sedikit dari remaja yang memilih untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis (pacaran). Dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis tentunya remaja belum bisa atau belum siap dalam menjalin hubugan serius dengan lawan jenisnya. 

Pada masa ini merupakan awal awal manusia tertarik dengan lawan jenisnya, menjalin hubungan dengan lawan jenis hanya untuk sekedar penyemangat bahkan sebagai tempat untuk saling berbagi cerita. Merasakan kesenangan yang berbeda saat saling berbagi dengan pasangannya. 

Tetapi remaja umumnya memiliki sifat yang labil sehingga membuat mereka lebih sering berpikir menggunakan perasaan daripada menggunakan logika nya. Tidak sedikit pula di masa ini sering mengalami 'Broken Heart'. 

Lain pula ketika manusia sudah beranjak dewasa, mereka akan lebih berpikir realistis dan menggunakan logika. Begitupula dalam berhubungan dengan lawan jenis. 

Tentunya orang-orang dewasa tidak akan sembarangan dalam memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan dengan lawan jenis, mereka pasti lebih memikirkan sebuah hubungan yang akan di bawa ke jenjang yang lebih serius.

 Orang dewasa memiliki pemikiran yang lebih matang dibanding remaja, mereka perlahan akan berpikir menggunakan logika dan mengesampingkan perasaan.

Pada masa remaja juga sangat membutuhkan support dalam banyak hal, salah satunya teman. Teman memiliki peran penting dalam fase remaja ini dimana teman juga dapat dikatakan sebagai penyemangat, pendamping bahkan penolong. 

Untuk itu memilih teman juga sangat penting dilakukan, karna memiliki teman yang salah juga dapat berdampak dalam pembentukan mental. Pada umumnya remaja memiliki teman yang tergolong lebih banyak di banding dewasa. 

Menjelang kedewasa teman-teman bahkan orang terdekat perlahan akan berkurang seiring berjalannya waktu. Tidak lagi memikirkan hal hal hanya untuk kesenangan melainkan sudah berpikir untuk masa depan. Menjadi dewasa berarti juga siap akan segala beban yang di terima. 

Dewasa di anggap sebagai usia yang sudah siap menatap masa depan mereka. Di usia dewasa bukan lagi untuk memikirkan kesenangan, mengeluh dan menyalahkan keadaan. Menjelang kedewasaan diharuskan untuk menemukan jati diri masing -- masing. 

Sudah saatnya untuk melalui hidup sendiri, mau tidak mau bahkan cepat atau lambat dengan segala persiapan dengan sendirinya. Proses untuk menjadi dewasa bukanlah hal yang gampang bagi remaja, ada banyak fase menuju kedewasa yang sekiranya tidak gampang di lalui dari masa remaja. 

Berawal dari masih mencari jati diri menjadi harus menemukan jati diri bukanlah hal yang gampang untuk dilalui terlebih lagi kondisi emosional dan psikis remaja yang belum stabil. Namun ketika remaja gagal dalam hal mencari jati dirinya maka dia akan mengalami krisis identitas atau 'identity confusion'. 

Tidak sedikit dari remaja yang mengalami permasalahan dalam kesehatan mentalnya dalam proses menuju dewasa dan itu berdampak bagi kehidupan pribadi maupun sosialnya.

Sifat yang masih labil, emosional yang belum stabil, dan terlampau membawa perasaan terhadap sebuah tindakan membuat kendala remaja dalam proses mencari jati diri. Masih mempertahankan ego dan sulit untuk menerima sebuah nasihat dari orang dewasa salah satunya orang tua.

Remaja sering terjadi perselisihan dengan orang tua, bahkan terlibat konflik dengan orang tua. Pada masa ini, sering terjadi jarak antara anak dan orang tua. 

Remaja lebih memilih mendengarkan atau menerima nasihat dan saran dari teman sebayanya daripada orang tua. Lebih menganggap saran dari orang tua berupa perintah daripada sebuah nasihat, lebih ingin dimengerti ketimbang di arahi. 

Perselisihan paham salah satu penyebab terciptanya jarak antara anak remaja dan orang tua. Keinginan orang tua melihat anaknya sukses dengan pandangannya tetapi berbeda dengan pandangan anaknya yang dapat menyebabkan konflik sehingga dengan emosi dan psikis remaja yang belum stabil dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental. Tentunya itu terjadi karena cara pandang remaja dan dewasa itu berbeda. 

Mungkin bagi orang tua yang memiliki konflik dengan anaknya yang masih remaja merasa kalau anaknya tidak mau mendengarkan nasihat dari orang dewasa yaitu orang tua sendiri.

 Tetapi sebenarnya anaknya mendengarkan bahkan terus memikirkan perkataan orang tuanya tetapi masih memegang teguh ego nya. Konflik dengan orang tua akan menurun seiring dengan berjalannnya waktu.

 Mungkin saran dari teman sebaya merupakan salah satu hal yang lebih efektif dalam pembentukan karakter remaja menuju dewasa. Nasehat bahkan saran dari teman sebaya lebih mudah di cerna dan di terima bagi remaja karena mereka akan merasa dalam suatu posisi dan kondisi yang sama sehingga dapat saling memahami satu sama lain. 

Dengan teman sebaya juga kemungkinan memiliki permasalahan yang sama sehingga memiliki jalan keluar yang sama. Tidak sedikit pula anak yang lebih tertutup dengan orang tuanya daripada dengan temannya yang justru lebih terbuka dan lebih tau masalah apa yang di alami. 

Hal ini menyebabkan orang tua yang tidak mengenal karakter anak sendiri dan justru membuat keputusan yang terkesan seperti perintah di mata sang anak yang sulit untuk di terima anak remaja. 

Orang tua tidak boleh semaunya menolak perubahan yang terjadi pada anak remajanya. Itulah yang terkadang menjadi sebuah beban dan pikiran dalam anak anak remaja dalam proses menuju dewasanya. 

Bahkan banyak juga diantaranya remaja yang mengalami kesehatan mental yang buruk karena tekanan dari orang tua maupun proses menuju dewasa. 

Orang tua bukanlah satu satunya yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi proses dari remaja menuju kedewasa, salah satunya adalah diri sendiri. 

Menyalahkan diri sendiri juga sering dialami oleh kebanyakan remaja, tak jarang mereka menyalahkan diri sendiri dalam sebuah keputusan yang di ambil. Kecewa dengan diri, dapat disebabkan karena sering membandingkan diri dengan orang lain yang dalam pandangan orang terlihat sempurna. 

Padahal untuk menuju dewasa harus memiliki jati diri sendiri dan berjuang atas diri masing masing juga di tuntut untuk mampu memiliki pribadi yang matang. 

Melihat orang -- orang yang terlihat baik dalam kehidupannya dapat menimbulkan kekhawatiran dalam pikiran remaja, mereka akan merasa bahwa apakah kehidupan yang ia jalani sangat buruk bahkan tak jarang juga ada dari mereka yang menyalahkan takdir. 

Melihat temannya sendiri memiliki kehidupan yang lebih baik dibanding dirinya terkadang juga menimbulkan rasa iri bahkan merasa kecewa dengan diri sendiri. 

Sering merasa kalau dirinyalah yang memiliki masalah paling berat, di fase ini banyak remaja yang merasa bahwa dirinyalah yang memiliki masalah terberat dan harus dipahami oleh orang orang sekitarnya, padahal tanpa kita sadari setiap orang memiliki permasalahannya masing masing. 

Tetapi itulah yang di alami remaja karna lebih sering berfikir menggunakan perasaan di banding menggunakan logika nya sehingga di tuntut untuk dipahami oleh setiap orang. Pribadi seperti inilah yang membuat remaja kesulitan dalam proses menuju kedewasaannya. 

Memikirkan seperti apa menjadi orang dewasa juga menakutkan bagi sebagian remaja. Apa saja ketakutan yang di pikirkan remaja ketika dewasa nanti? 

Pertama, ketakutan menyusun rencana hidup atau menentukan masa depan. Menentukan masa depan bukanlah hal yang gampang dan harus dipikirkan dengan matang, semua orang akan mengalami hal ini dalam proses menuju dewasanya. Menyusun semua tujuan hidupmu untuk kedepannya dan bagaimana harus menjalaninya. Takut akan salah langkah, gagal dalam menjalani kehidupan, dan memikirkan beratnya kehidupan yang akan dijalani kedepannya. Harus bertanggung jawab atas segala tindakan yang di lakukan. 

Kedua, takut masa depan tidak sesuai dengan ekspetasi dan mengecewakan orang lain terutama orang tua. Takut kalau nantinya gagal dalam menggapai tujuan hidup dan bahkan menjadi beban bagi orang di sekitar. Memikirkan kegagalan sebelum memulai merupakan hal yang lumrah bagi setiap orang termasuk pada remaja yang memikirkan kegagalan di masa depan yang padahal belum dilalui. Hal seperti ini memang wajar tetapi harus di hilangkan dan jangan di biarkan untuk menguasai pikran. Fokuslah terhadap hal apa yang ingin di kerjakan dengan sebaik baiknya agar tidak mengalami kegagalan dan terus berfikirr positif sebagai pendorong semangat. 

Ketiga, takut akan menikah. Menikah mungkin akan terasa indah dan membuat dewasamu lebih lengkap, namun pernikahan bukanlah hal yang gampang dan bisa di anggap sepele. Pernikahan tidak dapat di permainkan dan memiliki tanggung jawab yang tinggi. Takut akan segala hal buruk yang terjadi dalam pernikahan membuat tak sedikit orang yang takut untuk menikah dan memilih menjalani hidup sendiri tanpa pasangan dan ikatan pernikahan. Padahal lewat pernikahan kita juga dapat merasakan keindahan yang berbeda dan belum pernah di alami sebelumnya. Memiliki pasangan yang menemani hingga di hari tua dan memiliki anak-anak adalah sebuah anugrah yang tiada tara. Jadi jangan takut untuk menghadapinya. 

Menuju dewasa bukanlah hal yang gampang untuk dilalui remaja. Melihat dari banyaknya perbedaan dan proses yang tidak mudah. Memikirkan akan kecewa dengan diri sendiri bahkan orang lain dapat menjadi beban bagi remaja yang dalam proses menjadi dewasa. 

Saat dewasa bukan hanya harus matang dari segi mental tetapi juga dari segala persiapan. Ketakutan yang di alami mau tidak mau akan tetap di jalani dan tidak bisa untuk menghindar dari itu. 

Setiap orang pastinya memiliki keinginan untuk berubah menjadi lebih baik saat dewasa kelak, pastinya. Tetapi adapula kadang diri ini merasa bahwa belum ada perbuahan lebih baik yang diinginkan sedangkan waktu terus berjalan dan tanpa sadar semakin dekat dengan dewasa. 

Menjadi dewasa merupakan hal yang tidak dapat di elakkan ataupun di hindari, maka dari itu harus memiliki bekal dan persiapan agar tidak terjadi ketakutan apa saja yang akan di alami nantinya. Ingat bahwa waktu tidak menunggu kita, untuk itu gunakanlah waktu yang di lewati dengan persiapan yang matang. 

Perubahan diri harus dari keinginan diri itu sendiri. Menjadi dewasa bukanlah hal yang menakutkan, ada banyak sisi indah lainnya yang bisa kita lihat dari menjadi dewasa. 

Persiapkan diri dengan matang, mengubah pola pikir menjadi dewasa secara perlahan, dan teruslah berfikir positif untuk langkah yang akan di ambil untuk kedepannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun