Â
Perkembangan teknologi sangat pesat yang dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah pengguna internet. Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pada awal tahun 2022, sebanyak 204,7 juta penduduk Indonesia menggunakan internet. Perkembangan teknologi tersebut diikuti oleh peralihan sistem penggalangan dana menjadi online atau biasa disebut dengan sistem crowdfunding. Media tersebut mendapatkan respon positif dari masyarakat. Hal ini dibuktikan oleh data peningkatan jumlah donasi online pada platform Kitabisa.com. Hingga saat ini, sudah lebih dari enam juta orang yang melakukan donasi sejak berdirinya Kitabisa.com yaitu pada tahun 2013.Â
Peningkatan jumlah donasi online sejalan dengan hasil pemeringkatan oleh Charities Aid Foundation (CAF) World Giving Index 2021 yang menobatkan Indonesia sebagai negara paling dermawan. Hal ini menunjukkan bahwa nilai-nilai solidaritas yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia tidak luntur, melainkan mengalami pergeseran bentuk seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (Sidiq et al., 2021).
 Besarnya tingkat sosial yang dimiliki masyarakat Indonesia membuat kehadiran sistem crowdfunding pada platform penggalangan dana membantu sebuah organisasi amal untuk dapat menjangkau lebih banyak orang dibanding sistem penggalangan dana tradisional (Zhang Y et al., 2020). Hanya dengan menggunakan perangkat smartphone dan akses internet, donatur dapat menyalurkan donasinya mulai dari jumlah kecil hingga besar (T. Wang, et al., 2019; Nurhadi dan Irwansyah., 2018).
Namun, dibalik beragam manfaat crowdfunding, penipuan secara online menjadi ancaman. Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Ivan Yustiavandana mengatakan untuk lebih berhati-hati karena mungkin saja donasi yang diberikan disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Transparansi menjadi solusi
Ancaman ini pula membuat sebagian masyarakat enggan untuk melakukan donasi online. Untuk itu, Â agar hal ini tidak terjadi, lembaga penggalang dana harus memiliki transparansi untuk memberikan keyakinan kepada para penggunanya. Transparansi ini memiliki arti kontrol atas sistem keterbukaan terhadap suatu lembaga atau perusahaan yang menyertakan pihak internal dan eksternal dalam suatu perusahaan tersebut, seperti masyarakat atau konsumen (Asminar., 2017). Berdasarkan pemaparan Maya Septiani (2020) dalam situs resmi Ombudsman, terdapat tiga indikator untuk mengukur transparansi pelayanan publik, yaitu:
Tingkat keterbukaan pada proses penyelenggaraan publik.
Transparansi pada peraturan dan prosedur pelayanan yang mudah dipahami oleh pengguna.
Transparansi pelayanan melalui kemudahan dalam memperoleh informasi tentang berbagai aspek penyelenggaraan pelayanan publik.
Kitabisa.com Menjadi Platform yang Paling Digemari
Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 245 responden untuk mengetahui pengetahuan responden terhadap crowdfunding yang di Indonesia, didapatkan mayoritas responden berada pada usia 40 tahun dengan profesi sebagai karyawan swasta. Dari total responden, sebanyak 71,8 persen pernah melakukan donasi secara online.
Platform yang digunakan oleh responden pun beragam. Platform crowdfunding yang paling banyak diketahui, yaitu  Dompet Dhuafa, namun Kitabisa.com menjadi platform yang paling sering digunakan. Selain itu, platform ini telah mendapatkan penghargaan dari Indonesia Fundraising Award 2020 sebagai "Platform Fundraising Digital Terbaik". Oleh karena itu, apa upaya Kitabisa.com untuk meyakinkan penggunanya dalam melakukan penggalangan dana maupun donasi?
Bentuk Transparansi yang Diberikan Kitabisa.comÂ