Mohon tunggu...
Hobby Pilihan

Resensi "Rahasia Istana Impi"

6 Januari 2019   06:18 Diperbarui: 6 Januari 2019   07:56 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lambat laun Mara pun akhirnya tidur. Saat tengah malam, Mara terbangun oleh suara gemuruh dari luar jendela, ia penasaran dan kemudian melihat di dekat jendelanya. Seketika Mara terkejut karena melihat Istana warnanya coklat melayang-layang dan mengeluarka suara gemuruh. Tetapi, anehnya tak satupun orang rumah mendengarnya kecuali Mara. Tiba-tiba istana yang melayang-layang hilang.

Atas kejadian tersebut orang tua Mara membuat perjanjian agar tidak terlalu pulang larut malam dan lebih memperhatikan Mara. Malamnya Mara tidak tidur menunggu Istana tersebut. 

Pada saat Mara akan benar-benar tertidur, sayup-sayup terdengar suara gemuruh tak lain yaitu Istana yang kemarin ia lihat.  Kemudian Istana mendekati jendela mara. Mara tahu istana itu ingin mengjaknya  untuk memasukinya, namun tidak terasa ia telah memasuki Istana. 

Di dalam Istana sangat gelap, ia hanya melihat sesekali ruangan itu ketika ada kilatan petir. Mara merasa sangat takut, ia merasa ada sesuatu yang memperhatikannya . Saat petir kembali menyala, Mara melihat sesosok berdiri didepannya. Tiba-tiba sinar lilin menyala dengan sendirinya.

Tampak seorang anak kecil laki-laki sedang memegang lilin yang nyala. Mara terkejut ternyata dia bukan hantu. Melainkan anak kecil yang berpakaian dekil  dan badannya kurus, dia bernama Impi penghuni Istana gelap itu. Impi mengajak Mara untuk bermain betapa gembiranya Mara medapatkan seorang teman. 

Mereka bersendau gurau dan melihat bintang-bintang dekat jendela istana. Lalu Impi menceritakan kepada Mara bahwa  Impi menunggu teman seperti Mara lalu, Impi memerintahkan kepada Mara untuk mencari-cari sesuatu yang hilang diantara bintang-bintang, Mara teringat bahwa tidak ada bulan di antara bintang-bintang. Lalu Impi bercerita bahwa ia menyuruh bulan untuk mencarikan seorang teman untuk melihat Istana Impi. Kemudian bulan menemukan seorang gadis kecil yang ingin memiliki teman dan suka berbagi tidak menang sendiri teman tersebut adalah Mara.

Tetapi Mara heran kenapa Istana ini gelap, lalu menanyakan pada Impi. Untuk menjawab pertanyaan Mara, Impi mengajak Mara untuk melihat kebawah, ternyata istana melayang disebuah perkampungan kumuh, tak lain dulu Mara pernah berkunjung bersama ayahnya, Ia melihat perumahan yang kecil, rumahnya terbuat dari tripleks dan ada juga dari kardus. Tiba-tiba Impi menangis dan mengatakan kepada Mara bahwa ia tidak bisa berlama-lama lagi dengannya. Impi menunjuk rumah yang terbuat dari kardus  berada tepat di bawah istana di dalamnya ada seorang anak kecil laki-laki tertidur lelap, tak lain adalah Impi sendiri. Mara terkejut seakan-akan tidak percaya, tetapi Impi meyakinkan bahwa itu benar-benar Impi temannya. Mara menanyakan kembali kepada Impi kenapa harus berpisah, lalu Impi menjawab bahwa besok rumahnya akan digusur, dan situlah dia melihat Mara dan kedua orang tuanya berdiri.

Kemudian Mara teringat bahwa ia pernah melihat album foto ayahnya sedang menghancurkan rumah-rumah, seketika Mara tersadar bahwa besok ayahnya akan menghancurkan perkampungan kumuh yang didalamnya ada rumah Impi. Lalu Istana melayang-layang lagi menghantarkan Mara pulang. Tiba-tiba tanpa disadari, matahari pagi sedikit menyinari bumi. 

Dalam hati Mara teringat akan mimpi tadi malam, ia menghampiri ayahnya yang bersiap-siap akan pergi bekerja, tetapi Mara mencegahnya. Akhirnya Mara dan ibunya diajak untuk pergi bersama. Sesampai di perkampungan betapa terkejutnya ketika melihat perkampungan porak-poranda dan rumah-rumah sudah hancur terbawa oleh banjir. 

Mara menangis histeris karena melihat kondisi kampung yang menggenaskan. Impi ditemukan oleh warga sekitar sudah tidak bernyawa karena hanyut terbawa air. Malam harinya Mara bermimpi bertemu Impi, dan Impi mngatakan bertrimakasih sudah mau jadi temannya dan sekarang Impi sudah hidup tenang.

Kelebihan pada novel ini banyak sekali, terutama terdapat pesan moral yang disampaikan. Di antaranya Imran Laha menggambarkan seorang anak yang difasilitasi kemewahan dan apapun yang diinginkan pasti terbeli akan tetapi hal itu tidak membuat bahagia. Dalam novel juga mengisahkan penyesalan orangtua  terhadap anaknya  karena selama ini terlalu sibuk bekerja serta menceritakan perjuangan si anak untuk bisa membantu temannya supaya rumah yang dihuninya tidak  tergusur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun