Mohon tunggu...
Indah SetyaPurnamawati
Indah SetyaPurnamawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Nasional

Travelling, Ambivert, education fighter

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penolakan Proyek Pipa Minyak Keystone Xl di Amerika Serikat (Perspektif Green Theory dalam Politik)

27 Juli 2023   22:14 Diperbarui: 27 Juli 2023   22:30 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penolakan Proyek Pipa Minyak Keystone XL di Amerika Serikat (Perspektif Green Theory dalam Politik Lingkungan)

Proyek pipa minyak Keystone XL telah menjadi perdebatan sengit di Amerika Serikat selama bertahun-tahun. Proyek ini menimbulkan kontroversi karena dampaknya terhadap lingkungan dan perubahan iklim. Artikel ini akan membahas bagaimana penolakan proyek Keystone XL mencerminkan perspektif Green Theory dalam politik lingkungan. 

Green Theory menekankan pentingnya isu-isu lingkungan dalam pembuatan kebijakan luar negeri dan mempertimbangkan dampak lingkungan dalam pengambilan keputusan politik. Green Theory menempatkan isu-isu lingkungan sebagai prioritas dalam politik luar negeri suatu negara. Pendekatan ini mengakui pentingnya mempertimbangkan dampak lingkungan dan keberlanjutan dalam kebijakan politik, termasuk kebijakan energi. Green Theory juga menekankan perlunya kerjasama internasional untuk mengatasi tantangan lingkungan global.

Pada tahun 2008, TC Energy (dulu dikenal sebagai TransCanada Corporation) mengajukan rencana untuk membangun pipa minyak Keystone XL yang akan mengangkut minyak mentah dari wilayah Alberta, Kanada, ke pantai Teluk Meksiko di Amerika Serikat. Rencana pipa ini memiliki panjang sekitar 1.897 kilometer dan diharapkan menjadi bagian dari jaringan pipa minyak yang lebih luas untuk mengangkut minyak mentah dari Kanada ke AS. 

Sejak awal pengumuman proyek, pro dan kontra muncul di masyarakat. Pihak pendukung proyek berpendapat bahwa proyek ini akan menciptakan lapangan kerja, mengurangi ketergantungan AS pada minyak impor, dan mendukung ekonomi energi. Namun, pihak penentang mengkhawatirkan dampak lingkungan, risiko tumpahan minyak, dan perubahan iklim yang dapat disebabkan oleh proyek ini.

Sejak tahun 2011, para aktivis lingkungan dan suku-suku pribumi di Amerika Serikat telah melakukan protes dan kampanye untuk menentang proyek Keystone XL. Mereka menyoroti risiko lingkungan dan sosial yang mungkin ditimbulkan, termasuk melalui potensi tumpahan minyak yang dapat merusak lingkungan dan sumber daya air serta hak-hak tradisional suku-suku pribumi. 

Karena tekanan dari kelompok lingkungan dan adanya perdebatan yang berkepanjangan, beberapa segmen proyek ditunda oleh pemerintah AS. Penundaan tersebut diberikan untuk melakukan kajian lebih lanjut tentang dampak lingkungan proyek. Selain itu, terdapat beberapa gugatan hukum dari kelompok lingkungan yang mempertanyakan legalitas dan kelayakan proyek.

Dampak Lingkungan dan Perubahan Iklim

Penolakan proyek Keystone XL didorong oleh keprihatinan terhadap dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan oleh pembangunan pipa minyak tersebut. Trase pipa yang direncanakan melintasi area-area rawa penting dan sumber daya air di beberapa wilayah di Amerika Serikat. 

Risiko tumpahan minyak dari pipa tersebut dapat merusak lingkungan alam dan ekosistem yang sensitif. Selain itu, proyek ini akan membuka potensi pengeboran minyak tambahan dari sumber daya minyak berat di Alberta, yang dianggap memiliki jejak karbon yang tinggi. Karbon dioksida yang dilepaskan dari ekstraksi dan pembakaran minyak berat ini akan memberikan dampak negatif pada perubahan iklim global, yang telah menjadi fokus perhatian di tingkat internasional. 

Penolakan proyek Keystone XL tidak terlepas dari peran para aktivis lingkungan dan kelompok masyarakat yang mendukung perspektif Green Theory. Sejak awal, kelompok lingkungan dan suku-suku pribumi di Amerika Serikat telah melakukan protes dan kampanye untuk menentang proyek ini. 

Mereka menekankan pentingnya melindungi sumber daya alam dan hak-hak tradisional suku-suku pribumi dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan lingkungan mereka. 

Para aktivis juga menyoroti potensi risiko tumpahan minyak yang dapat merusak lingkungan dan sumber daya air, serta memberikan kontribusi terhadap perubahan iklim yang lebih lanjut. Kampanye ini mendapatkan dukungan dari berbagai organisasi lingkungan dan kelompok masyarakat yang menekankan pentingnya keberlanjutan dan perlindungan lingkungan.

Keputusan Eksekutif untuk Membatalkan Proyek

Pada tanggal 20 Januari 2021, dalam hari pertama menjabat, Presiden AS saat itu, Joe Biden, menandatangani keputusan eksekutif yang mencabut izin pembangunan pipa minyak Keystone XL. 

Keputusan ini diambil atas dasar keprihatinan tentang dampak lingkungan dan perubahan iklim dari proyek tersebut, serta dalam mendukung upaya untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan beralih ke sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Keputusan Presiden Biden untuk membatalkan proyek Keystone XL mendapat tanggapan yang beragam dari berbagai pihak. Para pendukung proyek menyatakan kekecewaan atas keputusan tersebut dan menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur energi untuk ekonomi dan lapangan kerja. 

Sementara itu, para aktivis lingkungan dan kelompok penentang proyek merayakan keputusan tersebut sebagai kemenangan dalam perlindungan lingkungan dan perubahan iklim. 

Keputusan ini diambil sebagai tanggapan atas keprihatinan tentang dampak lingkungan dan perubahan iklim dari proyek tersebut, sejalan dengan perspektif Green Theory. Penolakan proyek ini menunjukkan peran pemerintah dalam mengambil kebijakan yang mempertimbangkan isu-isu lingkungan dan berkomitmen pada keberlanjutan. 

Ini juga mencerminkan pentingnya melibatkan masyarakat, termasuk kelompok lingkungan dan suku-suku pribumi, dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan lingkungan dan sumber daya alam. Perspektif Green Theory terus menjadi relevan dalam politik lingkungan global dan mempengaruhi cara negara-negara berinteraksi dalam upaya mengatasi tantangan lingkungan yang dihadapi dunia saat ini. 

Penolakan proyek pipa minyak Keystone XL  juga hasil dari proses panjang dan perdebatan yang berlangsung selama bertahun-tahun. Keprihatinan tentang dampak lingkungan dan perubahan iklim, serta kampanye aktif dari kelompok lingkungan dan suku-suku pribumi, memainkan peran penting dalam pembatalan proyek ini. Keputusan eksekutif Presiden Biden untuk mencabut izin pembangunan proyek ini menandai akhir dari upaya untuk membangun pipa Keystone XL dan mencerminkan arah kebijakan pemerintahan AS dalam menghadapi isu-isu lingkungan dan keberlanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun