Contoh-Contoh Kelompok Sosial Menurut Gorge Hasen
Contoh kelompok sosial selanjutnya, jika kita berpacu pada pengklasifikasian kelompok sosial menurut George Hasen kelompok sosial dibagi menjadi empat jenis berdasarkan hubungan mereka dengan kelompok lain. Mereka adalah kelompok un-social group, anti-social groups, pro-sosial, dan pseudo-social group.
Kelompok un-social group dapat dicontohkan seperti kelompok ahmadiyah yang ada di Indonesia, kelompok ahmadiyah adalah salah satu kelompok yang memiliki ideologi islam namun memiliki perbedaan dengan ideologi islam mayoritas. Perbedaan tersebut terletak pada perbedaan teologis yakni menyangkut sosok imam Mahdi yang dinubuatkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Sebagian besar muslim mayoritas atau muslim sunni mempercayai bahwa Nabi Isa, putra Maryam, secara jasmani naik ke surga dan akan turun kembali dengan tubuh jasmaninya untuk membawa kemenangan islam. Sebaliknya muslim Ahmadiyah mempercayai bahwa Nabi Isa mati pada usia tua, karena semua nabi Allah mati, dan tidak akan kembali secara jasmani. Terlepas dari perbedaan lain yang sering kita temui, seperti cara berpakaian, cara beribadah, keputusan dalam menetapkan hari raya dan lain sebagainya secara umum kelompok Ahmadiyah ini tidak tidak berbaur dengan kelompok muslim sunni tetapi tidak pernah bertentangan dengan kepentingan kelompok muslim sunni.
Sementara itu anti-social groups dapat dicontohkan seperti kelompok-kelompok separatisme misalnya Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang didirikan untuk mengakhiri pemerintahan provinsi papua dan papua Barat untuk memisahkan diri dari Indonesia. Kelompok semacam itu biasanya bertindak melawan kepentingan kelompok yang lebih besar yang merupakan bagiannya.
Kelompok berikutnya yakni pro-sosial yang dapat dicontohkan seperti kelompok-kelompok yang memiliki tujuan untuk mengawal keadilan bagi kaum-kaum yang minoritas, maupun tertindas. Misalnya serikat buruh, Â beberapa kumpulan mahasiswa saat demo yang menuntut keadilan bagi masyarakat, ikatan waria dan sejenisnya yang tentunya kelompok-kelompok tersebut berperan sebagai pembela Hak Asasi Manusia dan terbentuk untuk memenuhi kepentingan yang lebih besar dari masyarakat yang menjadi bagiannya.
Sedangkan untuk pseudo-social group dapat dicontohkan seperti  kelompok salesman, kelompok pedagang yang memiliki jenis dagangan yang sama dan sejenisnya. Kelompok tersebut pada hakekatnya diminta untuk bekerjasama agar memperoleh peluang dan keuntungan, akan tetapi sebenarnya mereka sedang bersaing demi keuntungan masing-masing dan bahkan mereka merasa sebenarnya keuntungan mereka akan lebih banyak jika tidak bekerjasama.
Sumber; ipsterpadu.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H