Tan verde que es possible, sehijau mungkin. Itulah motto daerah Las Terrazas, berlokasi di Propinsi Artemisa, Kuba. “Revolusi hijau” yang dilaksanakan oleh Fidel Castro dan sahabatnya, Camilo Cienfuegos di awal tahun 1970-an atas bukit-bukit gundul bekas perkebunan kopi di Las Terrazas kini telah menjadi daerah hutan dan pedesaan nan hijau. Kala kini pemimpin dunia ribut akan penebangan hutan dan tuntutan reboisasi, Kuba justru telah menjalankan komitmen penghijauan sejak puluhan tahun lalu dengan melibatkan partisipasi penduduk setempat dalam prosesnya.
[caption id="" align="alignnone" width="580" caption="Pemandangan Las Terrazas, Kuba"][/caption]
Menuju Laz Terrazas
Berkunjung ke Laz Terrazas dapat dilakukan dengan berbagai transportasi seperti bis Viazul, Cuba Taxi atau menyewa mobil dari kota besar terdekat, Havana. Berjarak sekitar 76 kilometer dari Havana, perjalanan dengan mobil sewaan dapat ditempuh kurang dari satu jam. Mengemudi di Kuba itu susah-susah mudah. Mudahnya, kondisi jalanan di Kuba adalah impian para pengemudi di kota-kota besar: tidak ada macet! Hal ini dikarenakan minimnya jumlah kendaraan bermotor akibat embargo Pemerintah Amerika Serikat dan kondisi perekonomian masyarakat Kuba yang lemah. Susahnya, petunjuk jalan di Kuba boleh dibilang nyaris tidak ada. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan Global Positioning Satellite (GPS) dari Google. Caranya dengan mengunduh peta Kuba dari Google map di tablet dan menggunakannya selama mengemudi. Tak disangka teknologi ini sangat membantu sehingga tidak menyasar ke mana-mana.
Dalam perjalanan menuju Laz Terrazas, saya dan sahabat lebih sering bertemu dengan sapi-sapi daripada mobil. Sapi di Kuba mendapatkan perlindungan hukum. Tidak main-main, hukuman penjara 10 tahun bagi mereka yang membunuh sapi. Perlu berhati-hati ketika menyetir mobil di Kuba, karena sapi-sapi dari sisi jalan setiap saat bisa saja melenggang masuk ke tengah jalan. Siapa yang mau dipenjara 10 tahun karena menabrak sapi hingga mati.
[caption id="" align="alignnone" width="580" caption="Sapi melintas"]
[caption id="" align="alignnone" width="580" caption="Selalu Ada/Hadir"]
Laz Terrazas, Ekowisata Berkesinambungan
Perkebunan kopi tersebut setelah ditinggalkan berubah menjadi lahan gundul. Pada awal tahun 1970, proyek penghijauan dilakukan dengan menanami jutaan tanaman dan pohon-pohon endemik Kuba. Selanjutnya dibangun pula perumahan penduduk, yang kemudian bersama dengan penduduk setempat, dilaksanakanlah pembangunan hotel dan sarana rekreasi berbasis ekowisata seperti perahu, pendakian/ forest walking tour, bird-watching, pemandian alam (banos), dimana para penduduk dapat menggantungkan sumber penghasilannya. Saat ini 85 persen penduduk di Las Terrazas bekerja di sektor ekowisata dan 15 persennya bekerja dalam reboisasi dan konservasi Las Terrazas.
Setelah makan siang di Buena Vista, kami-pun menuju satu-satunya hotel di Las Terrazas, Hotel Moka, untuk check in. Jam check-in hotel-hotel di Kuba adalah pukul empat sore. Hotel ini terletak di bukit, di tengah-tengah rimbunnya pohon-pohon dengan pemandangan ke arah danau. Hotel Moka dimiliki pemerintah dengan pembagian keuntungan antara pemerintah dan penduduk setempat.
[caption id="" align="alignnone" width="338" caption="Hotel Moka"]
Asa Hijau Kuba
Meninggalkan komunitas Las Terrazas memberikan kesan mendalam. Di kala dunia resah karena satu persatu hutan di bumi hilang, Kuba berhasil menciptakan hutan baru dengan melibatkan partisipasi masyarakat setempat. Membutuhkan komitmen bertahun-tahun untuk menghasilkan ekowisata yang handal, namun hasilnya dapat dinikmati puluhan tahun, dan dari generasi ke generasi. Dan, asa hijau itu justru datang dari negara yang menderita embargo puluhan tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H