Mohon tunggu...
Indah Susanti
Indah Susanti Mohon Tunggu... -

Fotografi bawah laut dan artikel perjalanan oleh Indah Susanti: http://indahs.com/\r\nPenulis kontributor untuk: http://diveadvisor.com/sub2o/authors

Selanjutnya

Tutup

Nature

Carrefour, Hiu Martil dan Susi

27 November 2014   00:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:45 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini pecinta dunia laut dihebohkan berita penjualan ikan hiu martil (hammerhead shark) di Carrefour Ambarukmo Plaza, Yogyakarta. Bukan apa-apa, ikan hiu martil merupakan jenis ikan yang bermigrasi secara berkala dan jenis ikan ini sudah mulai langka, nyaris punah dan dilindungi dalam konvensi Internasional mengenai Migratory Species of Wild Animals. Kelangkaan ini tidak dipungkiri karena kerakusan manusia yang masih juga memburu jenis ikan ini di lautan dan  kelompok masyarakat tertentu yang masih mengkonsumsi ikan hiu.


Dalam beberapa hari, petisi yang meminta agar Carrefour menghentikan segala penjualan ikan hiu pun bermunculan dan menuai kemarahan pecinta laut dunia internasional. Salah satunya adalah petisi di Change.org yang pada intinya meminta Carrefour untuk menghentikan penjualan ikan hiu secara global. Bukan main-main, dalam satu hari petisi ini sudah berhasil mendapatkan sekitar 3000-an. Bahkan seorang anak yang masih berusia 13 tahun juga memberikan pernyataan di petisi Change.org yang menyentuh:

I'm Gabriela and I'm 13 years old. I don't understand why people would be so cruel to any animal. People have the thought of sharks being bad so stuck in their heads by the media that they can't see the beauty of these creatures, I'm 13 and I can see it for crying out loud!! Think about the fact that coconuts kill more people a year than sharks. Sharks kill about 9 people per year and yet we kill thousands. Sharks are like puppies, they have wonders of the world. Yes they might occasionally get to close but you wouldn't kill a puppy right? I'm growing up with these amazing creatures, I love them and I am in no way afraid of them. My name is Gabriela Susana Alvarez I'm 13 I live in Miami Florida and I am standing up for sharks.
Dalam bahasa Indonesia:

Saya Gabriela dan saya berusia 13 tahun. Saya tidak mengerti kenapa manusia dapat sangat keji terhadap hewan. Manusia telah berpikiran buruk atas ikan hiu karena ulah media sehingga mereka tidak bisa melihat keindahan dari ikan hiu tersebut, saya berusia 13 tahun dan saya bisa melihat uniknya mereka!! Berpikirlah, ada fakta bahwa kelapa membunuh manusia dalam setahun melebihi ikan hiu membunuh kita. Ikan hiu membunuh 9 orang pertahun dan kita membunuh beribu ikan hiu. Ikan hiu seperti anak anjing, mereka adalah keunikan dunia ini. Ya, mereka kadang mendekati kita, tapi anda tidak akan membunuh anak anjing yang mendekati anda, bukan? Saya dibesarkan bersama dengan hewan-hewan unik ini, saya mencintai mereka dan saya tidak takut pada ikan hiu. Nama saya Gabriela Susana Alvarez, saya berusia 13 tahun, saya tinggal di Miami Florida dan saya membela ikan hiu.


Carrefour Indonesia menanggapi permasalahan ini secara cepat dengan menuliskan permintaan maaf di media sosial. Secara jelas, perusahaan ini menyatakan bahwa mereka menarik penjualan ikan hiu dan memberikan peringatan keras terhadap pemasok ikan.

[caption id="attachment_378416" align="aligncenter" width="300" caption="Tweet Carrefour Indonesia"][/caption]

Saya menghargai upaya Carrefour Indonesia untuk merespon dan meminta maaf. Namun masih ada pertanyaan saya lebih lanjut, mengapa yang disalahkan adalah pemasok ikan? Bukankah seharusnya divisi Corporate Social Responsibility (CSR)  Carrefour Indonesia memiliki daftar hewan laut langka yang seharusnya tidak dijual? Bagaimana dengan sistim quality control di bagian penjualan? Mengapa hal seperti ini bisa lolos dari pengamatan? Sungguh disayangkan masih saja ada perusahaan sebesar Carrefour Indonesia tidak mampu mengenali hewan-hewan laut yang nyaris punah yang seharusnya tidak diperjualbelikan.

Saya tidak mengetahui persis apakah ikan hiu martil mendapatkan perlindungan di perairan Indonesia selayaknya Manta Rays, namun secara etika dan ketika perlindungannya telah diakui dalam Konvensi tingkat Internasional, sudah sepatutnya perusahaan retail memperhatikan hal-hal ini sebagai bagian dari tanggungjawab sosialnya.

Harapan Terhadap Ibu Susi

Seperti yang kita dengar secara berkala belakangan ini, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sangat berambisi untuk menghentikan perikanan ilegal di lautan Indonesia. Kasus Carrefour ini seharusnya di-investigasi secara mendalam. Perlu ditelaah lebih jauh, darimana ikan hiu martil tersebut diperoleh dan bagaimana proses penangkapannya? Bagaimana jalur distribusi perikanan ini? Apakah ada ikan hiu martil yang diekspor ke luar negeri? Masih banyak hal yang harus dijawab dalam kasus Carrefour. Masalah ini seharusnya tidak berhenti di media sosial saja.

Dari kasus inipun kita bisa menilai perikanan ilegal di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh pihak asing. Warga negara Indonesia sendiri pun melakukan hal tersebut. Contoh lain adalah dalam penangkapan manta rays traffickers pada tahun ini yang melibatkan orang Indonesia sendiri. Selain itu perikanan ilegal yang dilakukan oleh nelayan lokal seringkali menggunakan metode-metode yang tidak sehat bagi kelautan Indonesia seperti yang pernah saya sebutkan di salah satu posting saya.

Satu hal yang perlu dicamkan, meningkatkan kuantitas perikanan sebagaimana ambisi Ibu Susi tidak akan berhasil bila kualitas kelautan itu sendiri tidak dijaga. Laut yang sehat ditentukan oleh terumbu karang yang sehat dan lengkapnya ekosistim laut termasuk ikan hiu. Kita bisa bangga telah menangkap kapal-kapal pelaku illegal fishing, tapi bagaimana dengan kondisi kesehatan laut Indonesia sendiri? Apakah pelaku pasar perikanan dalam negeri peduli akan konservasi kelautan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun