Nilai-nilai pendidikan karakter yang termuat dalam pancasila semakin hari semakin memudar. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara yang lahir karena kemajemukannya dan perbedaan yang dipersatukan oleh kesadaran bersama untuk hidup sebagai bangsa yang merdeka dan juga berdaulat.Â
Dari sini kita ketahui bahwa, indonesia lahir dari berbagai perbedaan yang ada seperti perbedaan suku, budaya, agama, adat istiadat, jenis kulit, jenis pekerjaan, dan masih banyak lagi.Â
Namun, perbedaan tersebut bukan menjadi halangan ataupun pemutus tali persatuan sesama warga atau rakyat dari bangsa ini, tetapi perbedaan tersebut menjadi kekayaan dan kunci pemersatu bangsa Indonesia.
Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki banyak sekali penghargaan dari bidang akademik maupun non akademik. Salah satu contohnya adalah olahraga Sepak Bola.Â
Di tiap-tiap daerah memiliki klub sepak bola dengan pemain-pemain yang memiliki keahlian yang mumpuni. Dalam pelaksanaannya, pertandingan sepak bola menjadi semakin meriah apabila terdapat suporter.Â
Suporter menjadi bagian yang tak terpisahkan dari klub sepak bola. Banyak diantara mereka yang membentuk komunitas untuk mendukung klub masing-masing seperti bonek, aremania, the jack mania, dll.
Banyaknya suporter yang dimiliki tiap klub sepak bola tak serta merta hanya mendukung idolanya saja. Beberapa diantaranya bisa menjadi provokator timbulnya kericuhan yang bisa disebabkan adanya emosi lantaran kekalahan klub idolanya atau faktor lainnya.
Seperti yang baru-baru ini terjadi yaitu kericuhan yang terjadi di stadion Kanjuruhan Malang. Pertandingan antara klub Persebaya dan Arema yang kemudian dimenangkan oleh klub Persebaya. Berdasarkan sumber detik.com yang ditayangkan dalam media onlinenya, kericuhan tersebut menelan 131 orang per tanggal 05 Oktober 2022.
Dari sini kita dapat mengetahui bahwa pendidikan karakter masih belum maksimal tertanam pada diri masyarakat Indonesia khususnya beberapa oknum suporter sepak bola.Â
Padahal, fungsi dari suporter sendiri adalah memberi dukungan dan motivasi untuk pemain. Bukannya memicu keributan hingga menimbulkan banyak korban jiwa. Sebab dari itu, sangat penting sekali menanamkan pendidikan karakter sejak dini pada anak agar tidak mudah melampiaskan emosi dan amarah tanpa memikirkan logika.
Dalam menangani atau meredam emosi yang meluap-luap, suporter sepak bola biasanya meneriakkan yel-yel yang sebelumnya sudah dikoordinasikan terlebih dahulu. Dari teriakan yel-yel yang disuarakan tersebut, sedikit banyak emosi akan tersalurkan.
Pendidikan berkarakter sangat dibutuhkan untuk generasi yang akan datang dan juga Generasi masa kini. Mengapa? Karena merekalah yang akan menjadi penerus bangsa dan pewaris seluruh kekayaan yang ada di negeri ini. Dengan menanamkan jiwa dan juga karakter maka, pengamalan nilai-nilai karakter akan mudah dilaksanakan nantinya.Â
Pada setiap jenjang pendidikan perlu diberikan pendidikan berkarakter untuk memperkuat karakter yang sesungguhnya pada generasi muda. Generasi emas bukan lagi jadi mimpi bagi seluruh bangsa Indonesia karena karena hal tersebut menjadi hal yang konkrit dan selaras dengan kemerdekaan yang sesungguhnya.
Pada suporter, pendidikan berkarakter sangat penting sekali untuk ditanamkan. Bisa melalui koordinasi terbuka kepada ketua komunitas. Hal tersebut menjadi salah satu alternatif yang bisa digunakan.Â
Dengan adanya arahan dan pelatihan terhadap ketua komunitas, maka diharapkan dapat menyalurkannya kepada anggota-anggotanya sehingga mampu memiliki karakter yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H