Mohon tunggu...
Indah Nur Faizah
Indah Nur Faizah Mohon Tunggu... Administrasi - Education Quality Assurance Agency

Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apa Itu Evaluasi Model CIPPO? Pahami Pengertian, Komponen dan Tujuannya

17 Mei 2024   16:02 Diperbarui: 18 Mei 2024   06:01 1251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum masuk ke pembahasan mengenai evaluasi model CIPPO mari kita bahas secara singkat pengertian dari evaluasi tersendiri. Secara sadar ataupun tidak semua orang pernah mengevaluasi dirinya dalam setiap aspek kehidupan dengan mengidentifikasi perbandingan antara proses rencana dengan hasil yang dicapai. Ditinjau dari contoh tersebut, evaluasi diartikan sebagai proses mengukur dan menentukan nilai suatu objek.

Dalam buku yang ditulis oleh pakar evaluasi bernama Stufflebeam dengan judul "The CIPP Evaluation Model" dijelaskan bahwasannya evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambilan keputusan dalam menentukan alternatif keputusan. Melalui adanya evaluasi tersebut dapat diketahui sejauh mana tercapainya tujuan yang diharapkan. Untuk melakukan evaluasi hakikatnya terdapat banyak model yang dapat digunakan. Meskipun antara satu dengan lainnya berbeda, namun memiliki maksud sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang berkenaan dengan objek yang dievaluasi, dengan tujuan menyediakan informasi bagi pengambil keputusan dalam menentukan tindak lanjut suatu program.

Menurut pendapat Daryanto dalam (Purwanto, 2014) menjelaskan model evaluasi menjadi empat, diantaranya: measurement model, congruence model, educational system evaluation model, dan illuminative model.  Sedangkan Kaufman dan Thomas dalam (Arikunto, 2004) membedakan model evaluasi menjadi delapan, yakni:

 (1) Goal Oriented Evaluation model, dikembangkan oleh Tyler

Goal Oriented Evaluation Model merupakan model yang muncul paling awal. Adapun yang menjadi objek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi ini dilaksanakan secara berkesinambungan, terus menerus, mengecek seberapa jauh tujuan tersebut sudah terlaksana didalam proses pelaksanaan program.

(2) Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael Scriven

Model evaluasi ini dikatakan berlawanan dengan model pertama yang dikembangkan oleh Tyler, evaluator terus menerus memantau tujuan, yaitu sejak awal proses terus melihat sejauh mana tujuan tersebut sudah dapat dicapai, dalam model Goal Free Evaluation (evaluasi lepas dari tujuan) justru menoleh dari tujuan. Menurut Michael Scriven, dalam melaksanakan evaluasi program, evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program. Hal yang perlu diperhatikan dalam program tersebut adalah bagaimana kerjanya program, dengan jalan mengidentifikasikan penampilan-penampilan yang terjadi, baik hal-hal positif maupun hal-hal negatif. Maksud dari "evaluasi lepas dari tujuan" bukannya lepas sama sekali dari tujuan, tetapi hanya mempertimbangkan tujuan umum yang akan di capai oleh program, bukan secara rinci per komponen

 (3) Formatif Summatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael Scriven

Selain mencetuskan Goal Free Evaluation Model, Michael Scriven juga mengembangkan model formatif sumatif. Model ini menunjuk adanya tahapan dan lingkup objek yang dievaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan pada waktu program masih berjalan (disebut evaluasi formatif) dan ketika program sudah selesai atau berakhir (disebut evaluasi summatif). Evaluasi formatif secara prinsip merupakan evaluasi yang dilaksanakan ketika program masih berlangsung atau ketika program masih dekat dengan permulaan kegiatan. Tujuan evaluasi formatif tersebut adalah mengetahui seberapa jauh program yang dirancang dapat berlangsung, sekaligus mengidentifikasikan hambatan. Melalui pengetahuan hambatan dan hal-hal yang menyebabkan program tidak lancar, pengambil keputusan secara dini dapat mengadakan perbaikan dan mendukung kelancaran pencapaian tujuan program. Evaluasi summatif dilakukan setelah program berakhir. Tujuan dari evaluasi summatif yakni untuk mengukur ketercapaian program.

 (4) Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake

Model evaluasi ini menekankan pada dua dasar kegiatan dalam evaluasi ialah Description dan Judgument dan membedakan adanya tiga tahap dalam program pendidikan yaitu: Antecdents (Context), Transaction (Process), dan Outcomes (Output).
Matrix Description menunjukkan Intens (Goals) dan Observation (Effects) atau yang sebenarnya terjadi. Judgement mempunyai dua aspek yaitu Standard dan Judgement.
Stake mengatakan apabila kita menilai suatu program pendidikan kita melakukan perbandingan yang relatif antara satu program dengan yang lain atau perbandingan yang absolut (satu program dengan standar). Penekanan yang umum atau hal yang penting dalam hal ini adalah bahwa evaluator yang membuat penilaian tentang program yang dievaluasi. Stake mengatakan bahwa description di satu pihak berbeda dengan Judgement atau menilai. Pada model ini antecedens (masukan), transaction (proses), dan outcomes (hasil) data dibandingkan tidak hanya untuk menentukan apakah ada perbedaan tujuan dengan keadaan yarig sebenarnya, tetapi juga dibandingkan dengan standar yang absolut, untuk menilai manfaat program. Stake mempertegas bahwasannya tak ada evaluasi dapat diandalkan apabila tidak dinilai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun