Bulan Februari sudah tiba, bagaimana dengan resolusinya, Lur? Alhamdulillah pencapaian target baca 12 buku di Tahun 2025, progressnya bagus. Tanggal 1 Februari kemarin saya menyelesaikan 2 buku.
Buku yang pertama adalah Psychology of Money karya Morgan Housel dan buku kedua adalah The Cat Who Saved Books (Kucing Penyelamat Buku) karya Sosuke Natsukawa.
Psychology of Money sudah saya beli sejak 2023. Seperti halnya buku non fiksi, apalagi bercerita tentang uang, saham, dan perkembangan ekonomi di Amerika - buku ini susah saya cerna. Saya mulai membacanya di Tahun 2023 sebanyak 2 bab, lalu buku itu terlantar begitu saja. Tahun 2024 saya mulai meneruskan membaca, namun tidak selesai juga. Akhirnya dengan tekad bulat, buku tersebut saya jadikan buku pertama yang harus dibaca di awal 2025. Alhamdulillah saya bisa menyelesaikannya.
Psychology of Money saya selesaikan dengan tertatih-tatih karena banyak hal yang tidak saya pahami. Entah karena materi yang dibahas adalah hal yang baru buat saya, atau gaya bahasa terjemahannya yang kurang bisa saya terima. Hal ini sempat diiyakan oleh salah satu teman yang menanggapi celotehan saya di status FB tentang buku ini. Teman saya bilang terjemahannya kurang bagus dan bahkan dia tidak menyelesaikan membaca buku tersebut tapi langsung menjualnya.
Walaupun tertatih-tatih dan banyak nggak dong-nya, namun ada beberapa hal yang dapat saya simpulkan dari membaca Psychology of Money.
Intinya adalah kita harus menabung karena menabung itu penting. Kita tidak harus menabung karena memiliki tujuan, misalnya untuk membeli rumah, mobil, atau tanah. Kita menabung karena kita mau menabung saja. Karena hidup itu penuh kejutan yang tidak bisa kita prediksi. Maka menabung dapat menjadi bantuan di masa depan.
Buku ini juga mengajarkan untuk berinvestasi, namun harus berinvestasi secara bijak. Nah, bagian ini saya kurang paham karena penulisnya banyak menjelaskan tentang saham dan gejolak ekonomi Amerika.
Buku kedua adalah buku fiksi, namun terjemahan juga. Sepertinya terjemahan buku berbahasa Jepang karena penulisnya orang Jepang.
Buku "Kucing Penyelamat Buku" Ini sebenarnya koleksi punya anak sulungku. Ia membawa buku tersebut dalam perjalanan ke Bone dan saya lalu ikut membacanya saat ia tidak membaca bukunya.
Buku ini genrenya fantasi inspiratif, begitulah kira-kira. Menceritakan tentang Rintaro, seorang anak SMA yang tinggal berdua dengan kakeknya. Â Sehari-hari sang kakek mengurus Toko Buku. Tiba-tiba saja sang kakek meninggal. Rintaro yang seorang introvert, menjadi galau dan kebingungan.
Dalam kegalauan setelah ditinggal sang kakek, muncul seekor kucing yang bisa bicara dan meminta pertolongan pada Rintaro. Dari beberapa kali perjalanannya menolong si kucing, Rintaro ditemani ketua kelasnya yang cantik, Sayo.
Karena sepeninggal sang kakek, Rintaro kemudian menjadi sebatang kara, seorang bibi datang dan hendak mengajaknya tinggal.
Petualangan Rintaro bersama Sayo dan si kucing dalam menyelamatkan buku-buku membuat Rintaro berubah semakin matang. Ia dengan percaya diri memohon pada bibinya untuk tetap tinggal. Ia akan tinggal sendiri dan meneruskan kiprah sang kakek mengurus toko buku.
Buku ini penuh inspirasi dan nasihat-nasihat bijak tentang buku. Uniknya, di bab-bab terakhir ada kalimat yang menonjok saya, seperti ini:
Kalau kau sulit membaca sebuah buku, itu karena buku tersebut berisi sesuatu yang baru buatmu. Setiap buku yang sulit menawarkan tantangan baru untuk kita.
Wow. Saya tersadar kemudian bahwa buku Psychology of Money mungkin sulit saya pahami karena buku itu memang berisi hal-hal yang baru buat saya. Saya tidak perlu menghindari buku dengan tema serupa (buku tentang nasihat keuangan). Mungkin dengan membaca 3 atau 4 buku tentang keuangan, saya akhirnya akan paham juga. Baiklah, siapa takut menerima tantangan baca buku?
Buku Psychology of Money memang ditulis oleh seorang ahli di bidang keuangan, sementara buku tentang kucing yang menyelamatkan buku ditulis oleh seorang dokter!
Buku-buku memang tidak harus ditulis oleh seorang sarjana sastra. Justru para praktisi yang memiliki keahlian menulis adalah nilai plus, karena ia dapat menyampaikan materi dengan lebih baik. Kalau dokter yang menulis buku tentang kucing yang menyelamatkan buku? Saya yakin buku itu adalah wujud keprihatianan dan renungan sang dokter yang tentunya juga sangat mencintai buku-buku.
Bekerjalah dengan baik di bidang Anda masing-masing dan milikilah skill menulis. Kalau perlu, ikuti kelas menulis. Kemampuan menulis sangat bermanfaat dan dapat Anda gunakan untuk berbagi inspirasi, pendapat bahkan motivasi untuk orang lain.
Menulis buku adalah kerja untuk keabadian. Dan buatlah buku yang "berjiwa" serta mempunyai "kuasa" yang besar. Buku yang abadi dan tidak pernah basi isinya bahkan setelah ribuan tahun. Buku yang memberi manfaat pada pembacanya, yaitu memunculkan dan meningkatkan rasa empati. Begitu kata Rintaro sebagai intisari dari perjalanannya bersama Tiger si kucing dan juga kesadaran akan pengetahuan yang telah terakumulasi dalam diri Rintaro setelah hidup bertahun-tahun mencintai buku berkat sang kakek.
Mari mencintai buku, mari membaca buku berikutnya. Bukan untuk mengejar target membaca semata, bukan untuk gaya-gayaan, bukan untuk lomba paling banyak baca buku - tapi untuk menyelami jiwa sebuah buku, dan terinspirasi karenanya. Lalu menjadi orang yang memiliki empati - karena telah membaca buku-buku yang tepat.Â
Salam literasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI