Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makan Bergizi Gratis, Alhamdulillah Nikmatnya...

22 Januari 2025   07:11 Diperbarui: 22 Januari 2025   07:11 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semoga hal ini sudah dilakukan. Sehingga saat makanan disajikan, tak ada lagi anak-anak yang hanya mengacak-acak makanan. Namun yang ada hanyalah mengambil secukupnya, makan dengan mindfulness dan penuh rasa syukur. Jika tidak mau lauknya, tawarkan saja sama teman sebangku atau teman yang lain. Jika kebanyakan nasinya, tanyakan apakah ada yang mau nambah nasi? Jika benar-benar tidak bisa makan, tanya ke ibu guru: ibu bolehkah saya tidak usah makan? Makanannya buat bu guru saja.

Tentu yang ditawarkan adalah makanan yang belum diacak-acak.

Makan Bergizi Gratis MTs Swasta Harapan Bangsa, Aceh (Sumber: instagram kompas.com)
Makan Bergizi Gratis MTs Swasta Harapan Bangsa, Aceh (Sumber: instagram kompas.com)

Kalau tahu cuma seiris tipis, tak usahlah ia dibuli. Kalau telur cuma satu dibagi tiga, tak usahlah ia dicela. Makan saja kalau mau. Kalau tidak mau, tinggalkan. Bukankah kita dilarang mencela makanan? Namun, tentu berbeda jika - qadarullah karena sesuatu sebab - makanan basi, atau ada kotoran. Lapor saja ke bu guru. Pihak sekolah lapor ke vendor. Laporkan sesuai prosedur.

Satu lagi, agar tidak menambah sampah sisa makanan yang ditengarai jumlahnya adalah yang terbesar di antara jenis sampah lainnya, program ini tentu terbuka untuk mendapatkan kritik membangun. Mungkin perlu didata mana siswa yang mau dan mana yang tidak mau, atau tidak mau karena dilarang ibunya. Yang tidak mau, tak perlu dipaksa dan tak perlu disediakan jatah. Nanti lebih banyak sampah makanan terbuang. 

Kalaupun makanan tetap disediakan sesuai jumlah siswa, harus dipastikan bahwa jatah yang tersisa karena siswa tidak mau, atau tidak masuk, atau berhalangan memakannya - dapat dimanfaatkan (dimakan) oleh orang lain yang dianggap berhak. Dalam hal ini, merupakan kebijakan internal sekolah. Yang penting tidak ada makanan yang terbuang.

Asal anak yang menyatakan tidak mau - misalnya yang dilarang ibunya tadi, nggak ngiler ya kalau tiba-tiba temannya dapat giliran jatah makanan yang sudah bergizi, enak pula. Namanya juga program pemberian makanan, pasti menunya ganti-ganti tiap hari, supaya bervariasi. Cocok untuk mengajari siswa-siswi makan lebih beragam dan sekalian dikenalkan aneka sayuran, aneka jenis masakan nusantara, dan aneka buah. Tentu saja, yang penting anggarannya cukup.

Demikian. Yuk sukseskan program Makan Bergizi Gratis, wujudkan generasi cerdas dan Indonesia bebas stunting. Merdeka!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun