Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makan Bergizi Gratis, Alhamdulillah Nikmatnya...

22 Januari 2025   07:11 Diperbarui: 22 Januari 2025   07:11 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Makan Bergizi Gratis Tulungagung (Sumber: instagram kompas.com)


Sudah gratis, bergizi pula. Alhamdulillah nikmatnya. Demikian normalnya kita menyikapi diberi sesuatu yang berkualitas, ya?

Namun tidak demikian dengan program Makan Bergizi Gratis yang merupakan program unggulan pasangan presiden Prabowo-Gibran. Beberapa kali saya baca di medsos, banyak yang komen negatif. Mulai dari ukurannya yang sedikit, masakan yang tidak enak, sampai seorang ibu yang ngomel-ngomel melarang anaknya mengambil jatah Makan Bergizi Gratis. Alasan si ibu, gajinya tinggi,  dan ia sanggup membelikan anaknya makanan.

Duh, sepertinya si ibu apa tidak paham ya, bahwa anaknya kebagian Makan Bergizi Gratis karena program ini berlaku untuk semua anak didik tanpa pandang bulu. Jadi bukan bermaksud memberi untuk menghina. Ini adalah penunaian  sebuah janji presiden!

Memang macam-macam respons terhadap program ini. Ada pula yang menyarankan agar program ini hanya dijalankan di pelosok desa di mana anak didik betul-betul membutuhkan asupan makanan bergizi. Ada pula pejabat yang menyarankan agar orang tua menyumbang sehingga porsi dan menu bisa ditingkatkan.

Namanya saja program baru. Melibatkan banyak anak sekolah dan para pihak yang terkait sebagai penyedia makanan yang tentu beragam kapasitasnya. Pasti ada plus minusnya. Pasti ada yang bagus, ada yang kurang.

Makan Bergizi Gratis Tulungagung (Sumber: instagram kompas.com)
Makan Bergizi Gratis Tulungagung (Sumber: instagram kompas.com)

Pastinya kalau ada yang kurang, jadi senjata lawan politik untuk siap menyerang, ya? Itu biasa. Siapapun presidennya, apapun programnya, tak seorang pun yang bisa memuaskan semua orang. Pasti ada yang tak suka.

Kembali ke respons anak-anak terhadap makanan yang dibagikan, ternyata ada juga siswa yang tidak menyentuh makanannya. Setelah ditanya, ia bilang bahwa makanannya akan dibawa pulang karena orang tuanya belum makan. Nyesek, kan, ya?

Selain nyesek, hal tersebut menyadarkan kita bahwa program ini memang sangat membantu jika diterima oleh orang yang tepat. Namun jika diberikan pada orang/siswa yang kurang tepat - akan timbul kemubaziran. Misalnya anak hanya mengacak-acak makanan. Tidak makan, lalu makanan terbuang percuma.

Program Makan Bergizi Gratis tidak bisa begitu saja diterapkan di negeri yang sudah terkenal banyak tukang protes dan netijen julidnya. Harus ada faktor-faktor pendukung mulai dari sosialisasi program, pemahaman terhadap tujuan, etika/adab memperlakukan makanan, bahkan kebiasaan berbagi. Anak-anak harus dibiasakan. Sebelumnya harus disounding dulu. Diberi pengertian. Demikian juga orang tua, guru, serta masyarakat luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun