Demikianlah pendapat saya. Kalau boleh memilih, saya lebih memilih anak sekolah tetap masuk sekolah di bulan Ramadan. Biarlah mereka tetap beraktivitas, dengan pengurangan jam pelajaran, ataupun pemberian libur hanya di awal dan di akhir Ramadan.
Adapun jika memang pemerintah sudah memutuskan untuk libur sebulan penuh, harus ada pemberian tugas-tugas untuk mencatat aktivitas ibadah mereka. Memang aktivitas ibadah adalah privasi seseorang, namun untuk anak-anak yang kadang malas beribadah, harus dipaksa melakukannya. Harus diberi pengertian bahwa bulan Ramadan adalah bulan mulia di mana rahmat Allah turun ke bumi sefull-fullnya. Harus diberikan pengertian bahwa sangatlah merugi jika bulan Ramadan berlalu sedangkan anak-anak hanya main dan tidur.
Seminimalnya, berilah tugas catatan ibadah Ramadan untuk dilengkapi. Catatan salat wajib, tadarus, tarawih, dan membantu pekerjaan rumah.
Semoga anak-anak kita dapat mengerti arti kemuliaan Ramadan dan menerima berkah ketakwaan di bulan nan suci ini. Insya Allah, aamiin yaa rabbal alamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H