Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Perlukah Sekolah Libur Selama Ramadan?

14 Januari 2025   14:34 Diperbarui: 14 Januari 2025   16:00 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perlukah Sekolah Libur Selama Ramadan? (Sumber: pexels/PNW production)

Ramadan segera tiba. Semua orang sudah bersiap. Minimal bersiap membayar utang puasa yang belum tuntas terbayar. Minimal sekali, bersiap melingkari kalender - pada tanggal mana jadwal mudik paling sip.

Pemerintah tak mau kalah. Siap-siap juga. Kali ini dengan wacana libur sebulan penuh.

Kalau ditanyakan pada anak-anak sekolah, saya yakin mereka akan menjawab setuju semua jika libur sebulan penuh selama Ramadan. Apa enaknya setelah sahur, salat subuh, lalu harus bersiap ke sekolah? 

Paling enak kan, melanjutkan tidur, kalau perlu hingga beduk duhur. Usai salat duhur masih bisa lanjut tidur, atau main game hingga tak terasa sudah beduk asar. Usai salat asar mau main atau tidur, bisa. Setelah itu tiba-tiba tak terasa azan maghrib berkumandang, selesailah ibadah puasa satu hari.

Jika diingat-ingat zaman saya kecil, libur sebulan saat Ramadan ini juga pernah saya rasakan. Tepatnya ketika Ramadan bersamaan dengan liburan kenaikan kelas. 

Anak sulung saya, selama SMP dan SMA juga sudah merasakan hal itu selama enam Ramadan berturut-turut, karena selama enam tahun dia mondok di Pesantren. Pesantrennya mempunyai kebijakan libur selama sebulan Ramadan.

Adapun anak-anak saya yang lain, bersekolah di sekolah Islam non-asrama. Tidak ada kebijakan libur sebulan penuh. Biasanya di awal Ramadan tetap ada libur permulaan Ramadan selama sepekan, lalu menjelang lebaran juga libur sepekan. Total masuk sekolah hanya dua pekan dan itu pun dengan jam pelajaran yang lebih singkat daripada di saat bukan bulan Ramadan.

Mau libur sebulan penuh ataupun tidak, menurut saya ada positif dan ada negatifnya. Libur sebulan penuh kalau hanya main dan tidur, tidak akan memberikan manfaat apapun pada si anak. Kecuali jika saat libur sebulan penuh itu,  ada tugas-tugas yang diberikan oleh guru terkait pelaksanaan ibadah. Misalnya harus tadarus tiap hari, harus tarawih di masjid, atau melaksanakan salat sunnah.

Adapun tetap masuk di bulan Ramadan (dengan variasi libur permulaan puasa dan menjelang lebaran), menurut saya sebenarnya lebih bermanfaat. Anak sekolah tetap dapat menghormati saat-saat istimewa bulan Ramadan yaitu dengan diberikan libur awal puasa. Anak juga tetap dapat menyiapkan diri menyambut lebaran bahkan bisa diajak iktikaf di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan karena saat itu kemungkinan ia sudah libur. Pada saat dua pekan harus masuk sekolah di bulan Ramadan, anak belajar bahwa di saat beribadah puasa, perut lapar dan kehausan, hal itu tidak kemudian menjadi alasan bagi mereka untuk bermalas-malasan.

Mereka tetap bisa dan harus belajar di sekolah. Mereka akan belajar tangguh, merasakan lapar dan haus tanpa bisa jajan ke kantin. Mereka juga bisa tetap bertatap muka dengan guru, sehingga seandainya ada pelajaran-pelajaran keteladanan tentang keislaman sebagai tambahan di bulan Ramadan, mereka dapat berdialog langsung. Belajar dengan tatap muka tetap saya anggap sebagai metode pembelajaran paling efektif dari pada pembelajaran online.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun