Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Menjalin Cinta Terlalu Dini akan Menghambat Langkahmu

10 Desember 2024   22:45 Diperbarui: 10 Desember 2024   23:02 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjalin cinta terlalu dini akan menghambat langkahmu (Sumber: pexels/mukesh mohanty)

Keponakan saya berusia jelang 29 tahun dan masih santai-santai dengan hidupnya. Dia perempuan, lajang, dan enjoy her life. Bekerja di perusahaan ekspor-impor dan mendapatkan kesempatan ke luar negeri minimal satu kali dalam setahun. Ia  juga memiliki rekan kerja yang suportif dan geng suka jalan-jalan seperti dirinya. Semua keceriaan masa muda ia nikmati selagi bisa. Dikejar-kejar pertanyaan kapan nikah? No way ... ibunya yang menikah di usia 27-an dan seluruh keluarga besar tidak masalah dia masih lajang di usia 29. Enjoy your life, grab every opportunity in front of your eyes ... sebab jika kamu sudah berumahtangga, langkahmu tak lagi bisa leluasa.

Itu benar. Perempuan harus bisa hidup independen. Bekerja dan memenuhi semua kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan tersier dengan uang hasil keringatnya sendiri. Jika semua asa telah tercapai dan ingin hidup tenang, saat itulah pilihan untuk berumah tangga dapat diambil. Di situlah perempuan independen bisa dengan ikhlas tinggal di rumah, menurut pada suami. Semua cita-cita duniawi dan hasrat memenuhi jiwa kompetitif telah terpenuhi. Ia telah selesai dengan dirinya sendiri dan siap membagi waktunya yang precious kepada suami dan anak-anaknya kelak. Pada saat itulah, menikah adalah pilihan.

Keterikatan jalinan cinta akan membuat perempuan sedikit melemah. Lebih bahaya lagi kalau sudah terkena penyakit bucin, budak cinta. Sang kekasih selalu terbayang-bayang di mata, selalu ingin bertemu, hati selalu rindu ingin mendengar suaranya jika lama tak bersua. Keterikatan seperti ini akan membuat perempuan rela melepaskan kesempatan bagus di depan mata.

Contohnya si Liana, seorang pegawai muda di sebuah instansi pemerintah. Ia baru menjalin hubungan serius dengan salah satu seniornya di kantor. Di saat yang hampir bersamaan, Liana mendapatkan kesempatan wawancara untuk studi ke luar negeri selama dua tahun. Hal ini benar-benar membuat Liana bimbang. Jika ia lolos wawancara, maka ia tidak akan dapat melihat Abraham, kekasihnya, selama dua tahun. Bagaimana dia bisa hidup tanpa melihat kekasihnya? Bagaimana kalau saat dia kembali setelah dua tahun, kekasihnya berpaling pada wanita lain?

Efek dari keterikatannya pada Abraham dan rasa takut kehilangan, membuat Liana bimbang dan overthinking. Hal ini mempengaruhi tekadnya saat wawancara dengan native speaker. Liana melemah, tidak konsen, dan akhirnya tidak dapat menyelesaikan wawancara dengan baik.

Bahkan sebelum kakinya melangkah keluar usai wawancara, Liana sudah punya feeling bahwa ia tidak lolos. Dan ketika hal tersebut terbukti, Liana sedikit kecewa tapi juga ada perasaan lega bahwa ia tidak akan terpisahkan dengan Abraham.  

Bertahun-tahun kemudian, sesekali Liana menyesali kenapa ia tidak mempersiapkan dirinya dengan lebih baik saat wawancara tersebut. Kenapa ia tidak berjuang lebih keras untuk mendapatkan kesempatan sekolah di luar negeri. Ia menyadari - di usianya yang merambat matang - bahwa dua tahun tidak bertemu Abraham sebenarnya dapat ditempuhnya - setelah berdiskusi dan membuat kesepakatan-kesepakatan dengan Abraham. Sayang sekali perasaan bucinnya di saat itu justru tidak membuatnya merasa perlu mendiskusikan cita-citanya pada Abraham. 

Kini dia sudah tak muda lagi, harus mengurus anak-anak, dan menjadi istri Abraham - walau itu salah satu cita-cita tertinggi dalam hidupnya - ternyata tak selalu indah seperti dongeng yang ia bayangkan. Bukan berarti ia menyesali pernikahannya dengan Abraham dan kehadiran anak-anaknya, sama sekali tidak. Ia bersyukur dengan apa yang ia miliki sekarang. Namun tetap ada yang belum selesai dengan dirinya. Ada pencapaian yang ia inginkan, namun tidak bisa ia peroleh dengan kondisinya sekarang. Suatu saat Liana akan ikhlas. Namun saat ia masih sering menyesali kesempatan yang lepas dari tangannya, akan selalu ada masa-masa ia berkeluh kesah.

Maka, pesan pada generasi muda terutama para gadis, jangan mudah tergoda cinta. Raih semua keinginanmu saat cincin emas belum melingkari jari manis. Tanamkan dalam pikiran bahwa kau pasti akan dipertemukan dengan jodoh terbaik, bertemu pun pasti di saat kau sudah siap lahir dan batin.  Jikapun kamu kemudian terjerat cinta saat masih bertumpuk keinginan dunia, pastikan lelakimu mendukung semua cita-cita yang belum teraih. 

Lelakimu adalah pendamping yang bersamanya kau dapat selalu bahagia dan termotivasi. Bukan yang melemahkan, mencemburui, atau bahkan mematikan potensimu. Carilah pasangan yang membuat hidupmu semakin hidup, bukan yang membuat kau merasa mati di saat kau masih hidup. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun