Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Diamond Wedding 60 Tahun Bersama dalam Cinta: Pak Tjip dan Bu Tjip

19 Oktober 2024   06:22 Diperbarui: 19 Oktober 2024   06:26 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Tjip dan bu Tjip (Sumber: screenshot ilustrasi artikel Kompasiana)

Ketika hendak menuliskan artikel ini, saya teringat pada orang tua saya yang tinggal di Malang. Beliau berdua seumuran dengan pak Tjip dan bu Tjip dan menikah di tahun yang sama (mungkin) sehingga tahun ini pun memasuki usia pernikahan yang ke-60. Selamat buat pak Tjip dan bu Tjip dan juga untuk papa dan mama saya di Malang.

Mencapai 60 tahun pernikahan adalah sebuah prestasi dan anugerah dari Allah SWT. Tidak semua pasutri dapat mencapai 60 tahun bersama. Sebagian mengalami kegagalan di tengah guncangan biduk rumah tangga, sebagian lain dipisahkan oleh maut dalam perjalanan cinta sebelum sampai ke 60 tahun. Semua sudah diatur oleh yang maha kuasa, demikian seharusnya kita memahami setiap  peristiwa dalam hidup sebagai wujud penerimaan akan takdir Allah.

"Berkenalan" dengan pasangan pak Tjip dan bu Tjip melalui tulisan-tulisan di Kompasiana mungkin merupakan salah satu takdir yang digariskan Allah. Karena saya percaya bahwa tidak ada sebuah kebetulan di dunia ini. Semua ada maknanya, hanya kita manusia yang kadang kurang peka dalam memahami makna dari setiap peristiwa  kehidupan.

Jauh sebelum interaksi di dunia literasi, melalui saling komen di artikel Kompasiana, sebenarnya saya pernah berjumpa secara langsung dengan pak Tjip dan bu Tjip. Seingat saya dua kali pertemuan dan itu pun bersama banyak orang, sehingga pak Tjip dan bu Tjip kemungkinan tidak menyimpannya dalam memori.

Dulu sekitar tahun 2001 atau 2002, Makassar sedang demam reiki. Salah satu teman kantor  adalah Master reiki. Beberapa teman kantor akhirnya tertarik untuk gabung menjadi praktisi reiki. Saya tidak bergabung, tapi calon suami saya waktu itu ikut bergabung.

Dalam sebuah acara informal, saya sempat diajak makan-makan di sebuah rumah sesama praktisi reiki dan di sana waktu itu juga kalau tidak salah, ada pasangan pak Tjip dan bu Tjip. Tentu saja sebagai orang yang bukan praktisi reiki, saya tidak pede bertemu dengan dua suhu tertinggi reiki. Saya hanya bersalaman saja dan tidak banyak bicara.

Tahun berikutnya yaitu tahun 2003, saya menikah dengan suami saya. Saya masih ingat saat itu kami berdua sedang berada di Malang. Suami mengajak saya untuk hadir di sebuah hotel untuk mengunjungi pak Tjip dan bu Tjip yang sedang melakukan inisiasi reiki. Kami datang dan tidak bisa ngobrol banyak karena sedang ramai-ramainya acara. Saat itu hanya sempat ngobrol sedikit dan suami mengenalkan saya kepada pak Tjip dan bu Tjip.

Seiring berjalannya waktu, saya surprais bertemu dengan pak Tjip dan bu Tjip di Kompasiana. Sempat bertanya-tanya apakah benar beliau berdua yang pernah saya temui, hingga saya membaca beberapa artikel pak Tjip tentang buku-buku beliau yang membahas mengenai reiki. 

Kekaguman saya semakin bertambah pada pak Tjip dan bu Tjip setiap kali membaca artikel beliau berdua. Banyak yang bisa diteladani dari apa yang disampaikan. Tulisan-tulisan beliau berdua ibarat harta yang mereka bagikan dengan cuma-cuma. Dan saya memulung ilmu dengan gembira.

Pak Tjip dan bu Tjip, dalam agama saya ada sebuah hadis yang berbunyi: "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain." Bermanfaat bukan saja makna lahiriah seperti membantu secara langsung, namun juga batiniah dalam wujud memberi nasihat yang baik dan tak lekang dimakan zaman seperti yang telah pak Tjip dan bu Tjip lakukan selama ini melalui artikel-artikel di Kompasiana. Sangat beruntunglah saya dapat membaca semua artikel-artikel yang sarat nasihat serta pengalaman hidup.

Mulai dari kiat-kiat hidup berumah tangga, menciptakan keluarga yang rukun saling kasih, tips hidup di luar negeri, pengalaman merangkak dari bawah dan menjadi sukses dalam bisnis, kiat struggle dalam hidup, mengatasi berbagai persoalan bisnis, inspirasi saling menyayangi dalam susah dan senang, pengalaman menjalin hubungan pertemanan puluhan tahun, indahnya silaturahmi, kiat hidup hemat, pentingnya menghargai pasangan, kisah tetap tegar walau ditipu dan dikhianati orang yang dipercaya dalam bisnis, berbagai olahan masakan praktis dari bu Tjip, hingga sharing hal-hal romantis seperti kisah cinta masa remaja. Banyaaak yang sudah dibagikan pak Tjip dan bu Tjip dan itu semua sangat berkesan. Tidak bisa saya sebut satu persatu, bisa nggak selesai-selesai nanti artikel saya.

Demikianlah pak Tjip dan bu Tjip, saya hanya ingin mengucapkan sekali lagi selamat ulang tahun pernikahan ke-60. Artikel sederhana ini mungkin tak patut saya persembahkan sebagai kado pernikahan, karena sebenarnya justru bapak dan ibulah yang telah dengan murah hati, memberikan kado untuk kami semua di momen spesial ini.

Selamat buat pak Tjip dan bu Tjip, terima kasih atas semua inspirasi dan nasihat, kisah dan pengalaman berharga, serta semua ilmu yang diberikan tanpa basa-basi dan tanpa pamrih. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi bapak dan ibu berdua, memberikan nikmat sehat dan bahagia bersama keluarga. Aamiin yaa rabbal alamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun