peningkatan kapasitas masyarakat sekitar hutan di Kabupaten Maros, tepatnya di wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bulusaraung. Proyek diinisiasi oleh lembaga asing Korea Selatan yaitu AFoCO (Asian Forest Cooperation Organization) bekerja sama dengan Pusat Standar Pengelolaan Hutan Berkelanjutan (Pustarhut), Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPSILHK) Makassar dan KPH Bulusaraung.Â
Pada tahun 2021 telah diinisiasi sebuah proyekIni merupakan proyek besar yang diimplementasikan pada 3 lokasi yaitu Kuok/Pekanbaru, Mataram/Nusa Tenggara Barat dan Maros/Sulawesi Selatan. Inti proyek adalah penanaman berbagai tanaman MPTS pada lokasi penanaman yang bertujuan untuk pemenuhan stok karbon dan juga dimaksudkan berimbas pada kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.
Salah satu kegiatan pada proyek besar tersebut adalah penelitian pada komoditas potensial yaitu terkait kondisi terkini, saluran pemasaran, nilai tambah dan analisis pasarnya. Salah satu komoditas yang potensial untuk dikembangkan di wilayah KPH Bulusaraung, Kabupaten Maros adalah komoditas gula aren.
KTH Ujungbulu merupakan salah satu kelompok yang mengelola usaha pembuatan gula aren, namun sebelum tahun 2023, gula aren yang dihasilkan hanya berupa gula batok ukuran besar dan hanya dibungkus plastik kresek yang jauh dari kesan aesthetic.
Gula aren di beberapa kecamatan di Kabupaten Maros merupakan komoditas unggulan yang banyak dicari konsumen. Salah satu sentra pembuat gula aren adalah di Desa Bontomanurung, Kecamatan Tompobulu.Berdasarkan survei yang dilakukan oleh penyuluh kehutanan ahli madya dari BPSILHK Makassar sebagai tenaga ahli proyek AFoCO, maka dapat disimpulkan bahwa petani pembuat gula aren tidak memiliki posisi tawar yang baik, harga gula masih rendah dan petani memiliki ketergantungan yang tinggi pada pedagang pengumpul. Ketergantungan tersebut dalam hal bantuan modal, kemudahan berutang, dan keharusan menjual produk pada satu pedagang.
AFoCO melihat bahwa kondisi petani pembuat gula aren itu masih dapat diperbaiki. Untuk itu harus ada intervensi berupa pemberian bantuan modal dan peningkatan kapasitas. Maka dirancanglah beberapa pelatihan untuk anggota KTH Ujungbulu.
Pelatihan tersebut antara lain: Bimbingan Teknis Budidaya Aren, Bimbingan Teknis Pengolahan Aren, Pelatihan Rencana Bisnis Aren, Pelatihan Digital Marketing Aren, termasuk Pelatihan Pengemasan Gula Aren.
Selain pelatihan untuk meningkatkan skill dan keterampilan anggota KTH Ujungbulu, pihak AFoCO juga memberikan bantuan modal berupa pembelian oven, kemasan produk, dan alat-alat cetakan.
KTH Ujungbulu yang diketuai Muhammad Rusli ini pandai memanfaatkan peluang dengan baik. Semua kesempatan yang diberikan oleh pihak AFoCO diterima dan dijalankan dengan sungguh-sungguh. Tujuan yang ingin dicapai adalah kesejahteraan anggota dan juga kelestarian lingkungan.
Oleh petani pembuat gula aren, Â keterampilan yang diterima dari berbagai pelatihan diaplikasikan langsung saat membuat gula aren sehari-hari. Demikian juga dengan bantuan modal, langsung dimanfaatkan. Pembuatan gula aren beragam bentuk dan kemasan yang eye-catchy memberikan nilai tambah pada produk baru KTH Ujungbulu, sehingga harga jualnya pun melonjak tajam.Â
Dengan pemasaran menggunakan teknik digital marketing, pelan namun pasti produk gula aren KTH Ujungbulu makin dikenal konsumen. Terbukti dengan banyaknya pesanan dari luar daerah.
Proyek AFoCO yang dirintis mulai tahun 2021 dipastikan akan segera usai di bulan November 2024. Usaha pembuatan gula aren yang sudah diintervensi oleh proyek AFoCO diharapkan dapat survive tanpa bantuan pihak AFoCO lagi. Kemandirian kelompok mau tidak mau harus ditingkatkan, walaupun pada praktiknya mereka tetap didampingi khususnya oleh penyuluh kehutanan dari KPH Bulusaraung maupun dari BPSILHK Makassar.
Hal-hal yang harus dilakukan kelompok agar kegiatan pembuatan gula aren secara modern dapat terus dilakukan tanpa bantuan dari pihak AFoCO lagi antara lain:
1. Tetap membina hubungan baik dengan KPH Bulusaraung melalui penyuluh kehutanan dan aktif berpartisipasi jika ada kegiatan di KPH Bulusaraung yang melibatkan kelompok.
2. Terbuka untuk menerima tawaran kerja sama dari berbagai pihak.
3. Terus melakukan peningkatan kapasitas anggota dalam pengelolaan gula aren.
4. Meningkatkan kapasitas pengurus kelompok dalam menyusun proposal permohonan bantuan atau kerja sama.
5. Memelihara tekad yang kuat dan rasa percaya diri yang tinggi. Sosok ketua kelompok memiliki peranan penting agar anggotanya mau bekerja sungguh-sungguh memajukan kelompok.
Lima langkah tersebut di atas harus dilakukan oleh KTH Ujungbulu agar mandiri meneruskan apa yang telah dirintis.Â
Sejatinya sebuah proyek yang baik adalah proyek yang dapat membuat target sasarannya mandiri dan secara berkelanjutan  melakukan apa yang telah dimulai. Proyek yang baik tidak menjadikan sasaran targetnya  malah tergantung sepenuhnya, atau justru kemudian mati jika tidak didampingi.Â
Inilah saatnya kelompok masyarakat membuktikan bahwa mereka juga bisa mengembangkan ekonomi, berdiri di atas kaki sendiri, dan menjadi sentra dari tumbuhnya gerakan-gerakan masyarakat yang tahu bagaimana harus bersikap. Saatnya masyarakat maju mandiri, dan KTH Ujungbulu merupakan satu di antaranya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H