Saya mengenal seorang ibu muda berusia di akhir 20-an. Meskipun usianya muda, namun anaknya sudah empat orang. Tiga anak dari suami pertama, dan satu anak dari suami kedua.Â
Kini ia tinggal bersama suami kedua dan keempat anaknya dalam satu rumah, karena suami pertamanya kekanak-kanakan dan tidak mau tahu dengan nasib ketiga anaknya. Kabarnya suami pertamanya juga sudah menikah lagi dan memiliki seorang anak.
Ibu muda itu, katakanlah namanya Kenny. Dia bekerja sebagai OB di sebuah kantor pemerintahan dengan penghasilan pas-pasan. Sedangkan suaminya pengangguran.
Konon, suaminya ini dulunya bekerja sebagai tukang. Ia bisa bekerja membangun rumah, merenovasi, dan melakukan pekerjaan kasar lainnya. Istilahnya kerja serabutan.
Demi mendengar kisah Kenny yang memelas, tentu saya ingin membantu. Saya membayangkan gaji Kenny yang kecil itu dipakai untuk menyekolahkan tiga anaknya (anak keempat belum sekolah) dan tidak ada pemasukan sama sekali dari suaminya.
Saya tidak bermaksud membantu dengan memberikan uang secara cuma-cuma, namun saya menawarkan pekerjaan untuk suaminya. Ada sedikit renovasi yang ingin saya lakukan di dapur rumah saya, dan saya ingin pekerjaan renovasi itu dilakukan oleh suami Kenny.
"Oh, tapi sekarang dia sedang tidak bekerja, Bu," sahut Kenny saat saya menawarkan pekerjaan itu untuk suaminya.
"Maksudnya?"
"Sekarang karena saya sudah punya pekerjaan sebagai OB, saya yang bekerja. Suami saya di rumah menjaga anak saya yang masih kecil."
Bapak rumah tangga? Komitmen berdua? Malas dan membuat alasan untuk menghindari kewajiban?