Ternyata perasaan kasih seorang ibu senaluriah itu. Bisa muncul dengan sendirinya. Sama seperti saat anakmu baru lahir dari rahimmu, lalu didekatkan di dadamu. Pasti rasa cinta dan haru otomatis muncul pada saat itu. Demikian juga di setiap fase tumbuh kembang anakmu.
Saya masih ingat betapa haru dan bangganya saya ketika pertama menyaksikan Nina mengaji di depan umum di sekolahnya, bangga ketika dapat berdiri di sisinya saat ia menjadi lulusan terbaik di SMUnya, bangga di setiap langkah kecil yang selalu ia ceritakan dalam hidupnya.
Senaluriah itu rasa kasih yang muncul dalam wujud ingin memasakkan sesuatu yang disukai anak-anak. Melihat mereka memakannya dengan lahap dan menghabiskannya dengan senyum puas di bibirnya. Sama seperti dulu saat saya mudik, mama saya selalu bertanya mau dimasakkan apa, dan beliau sigap memasak bothok, lodeh koro, mangut ikan pari, atau sup kacang merah kesukaan saya. I feel you, Mom. Miss you much (Mama saya masih sehat di Malang, tapi sekarang sudah tidak memasak lagi karena sudah sepuh).
Dan malam ini saat saya menyelesaikan artikel ini, saya sempat melakukan chat dengan Nina. Saya suruh dia memasukkan macaroni di dalam kulkas kalau belum mau dimakan. Ternyata dia menjawab,
"Ini sudah kuhabiskan."
Jawaban pendek tapi ternyata efeknya besar untuk hati seorang ibu yang sedang jauh dari anaknya. Alhamdulillah kalau habis, Nak.
Jadi buat siapa saja yang memiliki kekhawatiran bagaimana jika menjadi seorang ibu kelak, nggak usah takut. Nikmati saja peranmu sebagai ibu. Allah sudah kasih naluri seorang ibu dalam hati, tinggal diikuti saja naluri itu. Dia akan selalu menguatkanmu dalam mendampingi masa-masa tumbuh kembang anak dan dalam menghadapi setiap masalah. Kalau orang lain bisa, pasti kita juga bisa. Selamat buat para ibu di manapun berada. Tetap semangat, you are special and you are blessed.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H