Tapi... mereka sudah menjadi bagian dari keluarga kami. Anak-anak sayang mereka. Bahkan sulung saya selalu mencari kucingnya tiap ia datang (ia tinggal di kabupaten lain untuk kuliah), dan merindukan kucingnya tiap ia tak di rumah.
Saya bukan cat lover. Tapi saya memiliki 4 ekor kucing yang tentunya lambat laun mampu membuat saya jatuh hati. Apalagi saya melihat sendiri proses bagaimana Teng-Teng melahirkan Tutu, Wawa dan Gaga dan bagaimana Teng-Teng menjadi busui yang sangat tabah.
Teng-Teng disteril saat anak-anaknya sudah agak besar, bisa makan sendiri. Setelah disteril, Teng-Teng berubah jadi galak dan acuh tak acuh pada anak-anaknya.
Maka rumah kami penuh berisi mama Teng-Teng yang galak, Tutu yang ndut, Wawa yang cantik, dan Gaga yang dulunya bandel tapi sekarang kurus dan sakit-sakitan.
Memelihara kucing dapat menjadi salah satu jalan untuk melembutkan hati anak-anak. Meskipun sebagai generasi-Z mereka terlihat cuek, tapi mereka selalu punya waktu untuk bermain dengan kucing-kucing mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H