Hai, Kompasianers dan pembaca Kompasiana semuanya, apa kabar di akhir pekan? Semoga semua sehat, sehingga dapat beraktivitas dengan baik, termasuk beraktivitas menulis artikel di rumah kita bersama, Kompasiana.
Kali ini saya ingin membahas sedikit tentang komentar di artikel Kompasiana. Jika waktu saya luang, saya biasa berselancar membaca artikel sesama kompasianers. Seusai membaca tak lupa klik rating  dan jika perlu, saya akan meninggalkan jejak di kolom komentar.
Ada artikel yang cukup dikagumi dan kemudian diberi rating sesuai rasa yang menyentuh hati setelah membacanya, apakah menarik, inspiratif, aktual, atau bermanfaat. Mau komen kadang speechless, atau mungkin nggak cukup waktunya, sehingga terpaksa hanya meninggalkan jejak rating saja.
Namun jika materi yang ditulis sangat menarik, related dengan kehidupan saya, menggelitik, dan tentunya saya juga dalam kondisi luang, biasanya saya tak segan-segan berkomentar panjang. Sebaliknya, saya juga sangat senang jika memperoleh feedback alias komentar dari para pembaca artikel yang saya tulis.
Selain materi yang menarik, ada satu hal lagi yang menggelitik saya untuk berkomentar di suatu artikel. Hal itu adalah kaidah penulisan Bahasa Indonesia dan informasi yang kurang tepat.
Kita para penulis ini sebenarnya tengah mengusung misi. Selain misi menyampaikan informasi yang tepat akurat, menyampaikan kebaikan, sharing pengalaman, juga memberi contoh penulisan Bahasa Indonesia yang baik (Semoga cara penulisan saya sudah sesuai dengan kaidah penulisan Bahasa Indonesia, kalau belum, mohon dikoreksi).
Bahaya kalau penulis artikel menulis berita hoax atau info yang tidak benar. Juga patut disayangkan jika menulis tanpa memperhatikan kaidah penulisan Bahasa Indonesia seperti penggunaan huruf besar, penggunaan tanda baca, dan lainnya.
Sekian tahun menulis dan berinteraksi di Kompasiana, sesekali saya juga berkomentar mengenai info menyesatkan maupun kaidah penulisan.
Pernah saya membaca sebuah artikel di Kompasiana tentang adat budaya di Indonesia, tapi gambar yang dipakai bukan berasal dari daerah yang dimaksud. Hal seperti ini fatal jika dianggap suatu kebenaran oleh pembaca awam. Maka saya berkomentar dan mengingatkan penulis.Â
Alhamdulillah si penulis sangat welcome dengan masukan saya, dan tak lama gambar segera ia ganti dengan gambar yang sesuai. Saya lupa siapa penulis yang saya komentari ini, tapi semoga komentar saya tidak membuatnya kecil hati lalu berhenti menulis.