Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Percakapan Antara Manusia dan Ramadan di Hari Terakhir

9 April 2024   08:14 Diperbarui: 11 April 2024   05:21 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi percakapan antara manusia dan Ramadan (Sumber: Pexels/Amenda Darmel)

Manusia: Mengapa cepat sekali kaupergi?

Ramadan: Tidak cepat. Aku telah di sini sesuai waktuku. Kaupun tahu itu.

Manusia: Tapi targetku belum tercapai.

Ramadan: Apakah kau sungguh-sungguh dengan target tersebut? Mengapa seolah engkau tidak memiliki strategi dalam mencapainya? Orang lain bisa mencapai target dengan mudah. Jadi kesimpulannya cuma dua. Kaumemasang target yang terlalu tinggi, atau kaumemasang target asal-asalan. Kau tidak punya hasrat yang kuat untuk mencapai target itu.

Manusia: Lalu aku harus bagaimana?

Ramadan: Tidak ada yang bisa kaulakukan. Tetaplah menyelesaikan targetmu walau di luar waktuku. Bukan aku yang membuatmu memasang target, melainkan engkau sendiri yang berusaha terlihat lebih beribadah dari sebelumnya.

Manusia: Berarti targetku sia-sia.

Ramadan: Kalau kaumemasang target hanya untuk berkompetisi dengan temanmu. Mungkin sia-sia. Kau hanya akan mendapatkan predikat menang dan kalah dengan temanmu itu. Tapi kalau target itu memang diniatkan untuk ibadah lebih, tentu tak ada ibadah yang sia-sia. Kaukira malaikat itu bisa lalai dalam mencatat kebaikan? Tidak. Mereka teliti dan disiplin. Tidak seperti timbangan Manusia yang bisa geser seons dua ons, segram dua gram. Catatan malaikat akurat.

Manusia: Apa yang harus kulakukan agar aku dapat berjumpa denganmu lagi tahun depan?

Ramadan: Seperti halnya manusia yang tidak bisa yakin masih akan bertemu Ramadan tahun depan, begitu juga aku. Aku Ramadan, tak bisa memastikan apakah aku akan datang lagi tahun depan, karena aku tak tahu kapan kiamat akan datang. Maka, sebaiknya engkau berdoa dengan sungguh-sungguh agar engkau masih dapat bertemu denganku. Agar aku masih bisa kembali ke sini tahun depan.

Manusia: Ramadan, apa yang akan kaulaporkan dari perjalananmu kali ini?

Ramadan: Aku membawa kabar gembira tentang manusia-manusia yang istiqomah menghidupkan malam-malam Ramadan dengan sungguh-sungguh. Sebaliknya aku juga membawa kabar duka, tentang manusia-manusia yang lalai pada ibadahnya, dan terlalu lekat pada gawainya. Semoga, jika Allah izinkan aku datang lagi kelak, syaithon dalam bentuk gawai, tidak lagi terlalu membuai manusia-manusia yang lemah.

Baiklah, telah sampai waktuku. Aku harus pergi. Berbaiklah dengan Syawal, ia datang dengan berita kegembiraan dan pengampunan. Ia datang dengan janji penyempurnaan pahala puasamu untuk digenapkan seperti puasa selama setahun. Berpuasalah lagi enam hari setelah engkau qadha puasamu. Semoga kita berjumpa lagi tahun depan, dan aku dapat menemuimu sebagai orang yang lebih baik dari hari ini.

Manusia: (menangis) Setua ini aku baru sadar mengapa sebagian orang bersedih ketika berpisah denganmu. Dulu aku selalu gembira, karena lebaran tiba dan tidak usah puasa lagi. Ternyata, berpisah denganmu adalah kesedihan karena berpisah dengan berbagai limpahan rahmat-Nya yang Ia lipatgandakan di waktumu.

Ramadan: Jangan bersedih, Manusia. Bergembiralah karena seluruh usahamu. Teruslah beribadah, jangan kendor. Engkau dan aku tak tahu, ibadah mana yang diridhai dan diterima oleh-Nya. Maka teruslah merayu-Nya dengan setiap kebaikan yang bisa engkau lakukan. Telah tiba waktuku. Allahu akbar. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Manusia: Wa alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.

(Manusia bersedih, tak lama. Setelah itu ia sibuk mempersiapkan lebaran. Menghitung uang di amplop angpau,  menyiapkan baju baru dan mukena, memutuskan destinasi kunjungan lebaran kemana saja, dan lain-lain tenggelam dalam kesibukan dunia yang tak habis-habisnya).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun