Manusia: Mengapa cepat sekali kaupergi?
Ramadan: Tidak cepat. Aku telah di sini sesuai waktuku. Kaupun tahu itu.
Manusia: Tapi targetku belum tercapai.
Ramadan: Apakah kau sungguh-sungguh dengan target tersebut? Mengapa seolah engkau tidak memiliki strategi dalam mencapainya? Orang lain bisa mencapai target dengan mudah. Jadi kesimpulannya cuma dua. Kaumemasang target yang terlalu tinggi, atau kaumemasang target asal-asalan. Kau tidak punya hasrat yang kuat untuk mencapai target itu.
Manusia: Lalu aku harus bagaimana?
Ramadan: Tidak ada yang bisa kaulakukan. Tetaplah menyelesaikan targetmu walau di luar waktuku. Bukan aku yang membuatmu memasang target, melainkan engkau sendiri yang berusaha terlihat lebih beribadah dari sebelumnya.
Manusia: Berarti targetku sia-sia.
Ramadan: Kalau kaumemasang target hanya untuk berkompetisi dengan temanmu. Mungkin sia-sia. Kau hanya akan mendapatkan predikat menang dan kalah dengan temanmu itu. Tapi kalau target itu memang diniatkan untuk ibadah lebih, tentu tak ada ibadah yang sia-sia. Kaukira malaikat itu bisa lalai dalam mencatat kebaikan? Tidak. Mereka teliti dan disiplin. Tidak seperti timbangan Manusia yang bisa geser seons dua ons, segram dua gram. Catatan malaikat akurat.
Manusia: Apa yang harus kulakukan agar aku dapat berjumpa denganmu lagi tahun depan?
Ramadan: Seperti halnya manusia yang tidak bisa yakin masih akan bertemu Ramadan tahun depan, begitu juga aku. Aku Ramadan, tak bisa memastikan apakah aku akan datang lagi tahun depan, karena aku tak tahu kapan kiamat akan datang. Maka, sebaiknya engkau berdoa dengan sungguh-sungguh agar engkau masih dapat bertemu denganku. Agar aku masih bisa kembali ke sini tahun depan.
Manusia: Ramadan, apa yang akan kaulaporkan dari perjalananmu kali ini?