benjolan di payudara. Tentu saja saya cemas. Overthinking pun sering.
Bohong jika dibilang saya tenang-tenang saja setelah vonis dokter bahwa saya harus menjalani operasi pengangkatan tumor/Tapi saya menabah-nabahkan hati. Dan suami saya juga selalu memberikan dukungan terbaik. Ia selalu menenangkan saya dan berjanji akan terus mendampingi saya menjalani semuanya.
Sayapun mudik dengan izin suami. Kali ini sendirian saja karena satu dan lain hal. Saya mudik tanggal 30 Desember 2023.
Tujuan utama mudik adalah mengunjungi kedua orangtua, kemudian menyampaikan rencana operasi, dan mencari second opinion.
Orang tua saya senang sekali karena saya datang. Mereka biasanya membuat acara setiap malam tahun baru. Kami karaokean dan kebetulan bisa berkumpul semua lima bersaudara. Kami menyanyi dan mengambil foto keluarga.
Saya tak ingin mengurangi keceriaan malam tahun baru dengan berita menyedihkan soal operasi, jadi saya hanya bilang ke kakak tertua bahwa saya akan ke rumahnya besok.
Saya memang rencana hanya akan mengabari kakak-kakak perempuan saya. Kedua orang tua saya sudah terlalu sepuh dan saya tidak ingin mereka sedih. Mungkin nanti kalau usai operasi saya sehat kembali, kisah operasi bisa disampaikan.
Keesokan harinya saya ke rumah kakak bersama kakak perempuan yang lebih muda, kami ngobrol tentang apa saja. Ngobrol tentang masa kecil dan lain-lain, juga ngobrol tentang ibu kami yang sudah sering lupa-lupa.
Lalu saya menyampaikan hal itu dan mencoba menyampaikan dengan ceria.
"Kakak-kakak, aku mau menyampaikan sesuatu."
"Iya, sepertinya ada yang penting yang mau kamu sampaikan?"
"Aku mau operasi tumor payudara," jelasku.
"Kok bisa?"
Mereka bertanya-tanya dan kemudian memberi beberapa nasihat, karena salah satu kakak juga sudah pernah mengalami operasi besar angkat kandungan.
Ia berpesan  agar setelah operasi, saya makan semua makanan yang disediakan rumah sakit. Makanan akan membuatmu lekas pulih. Itu katanya yang benar-benar saya camkan.
Kakak menyetujui pendapat saya untuk tidak usah memberitahu kedua orang tua kami. Cukup kakak berdua yang akan memantau perkembangan kesehatan saya nanti, walau hanya via wa dan telepon.
Saya lega sudah menyampaikan ini. Dan lega dapat menyampaikan semua dengan tenang. No melow-melow.
Walaupun sebenarnya saya takut mati, dan takut mudik ini mudik terakhir saya. Ya, saya sebenarnya seoverthinking itu.
Tapi ketabahan kedua kakak saya membuat saya kuat. Dan mereka menyarankan saya lekas operasi jika itu memang satu-satunya jalan terbaik.Â
Bismillah, saya semakin yakin bahwa saya harus operasi, tapi satu hal lagi belum saya lakukan yaitu mencari second opinion dari seorang tenaga medis.
Kisah mencari second opinion akan saya ceritakan di artikel yang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H