Sehari-hari setiap Senin hingga Jumat saya bekerja 8 to 4 di sebuah kantor pemerintah. Walaupun rumah cukup dekat, tapi untuk memenuhi kebutuhan makan siang, biasanya saya tidak pulang ke rumah. Saya biasa bawa bekal makan siang - dengan catatan tidak terlalu repot paginya - atau makan di kantin kantor.
Menu di kantin kantor saya, berupa hidangan makanan rumahan terdiri dari nasi, sayur, ikan, dan tahu tempe. Selain itu, ada juga bakso Mas Narto yang selalu stand by di kantin kami dari pagi hingga siang sebelum ia beredar ke tempat lain.
Suatu siang karena bosan dengan hidangan makan siang yang ikan lagi ikan lagi, saya diajak teman untuk makan di luar. Kami berdiskusi dan memutuskan untuk makan coto. Teman saya bilang ada warung coto baru di Jalan Daeng Ramang, tidak jauh dari kantor kami. Oke, kami pun menuju ke sana.
Ternyata setelah sampai di warung yang dimaksud teman saya itu, hidangan yang dijual tidak hanya coto, tapi juga konro dan sop kikil/kaki sapi. Saya memutuskan untuk membeli sop kikil dan teman saya juga ikutan beli sop kikil.
Tak memakan waktu lama, sop kikil yang kami pesan pun datang. Cukup surprise karena kuah sop kikilnya berwarna gelap. Selama ini kami biasa makan sop kikil di Warung Ponorogo (penjualnya orang Jawa) dan kuahnya bening seperti soto.
Saat saya sendok sop kikil tersebut, saya menemukan kacang merah dan kuahnya juga agak kental. Ini jadi mirip sop brenebon alias sop kacang merah.Â
Saat saya cicip, rasanya gurih dan enak. Secara keseluruhan malah mengingatkan saya pada hidangan sop kaki sapi yang pernah saya santap di Pulau Madura. Hidangannya disebut Kokot, perpaduan antara kaki sapi dan kuah kental yang berisi kacang hijau. Enak dan gurih rasanya. Sop Kikil Daeng Ramang ini cita rasanya hampir samalah dengan Kokot Madura.Â
Sayapun segera menyantap sop kikil bersama sebuah ketupat ukuran sedang, dan taburan emping sebagai topping. Biasanya untuk hidangan berkuah, saya tak pernah menghabiskan kuahnya, namun sekali ini sop kikil Daeng Ramang saya habiskan hingga mangkoknya licin tandas.
Sebagai penetralisir lemak ataupun kolesterol, kami minum segelas es jeruk manis yang segar.Â
Harga yang kami bayar untuk makan siang di luar kali itu cukup lumayan. Seporsi sop kikil dibandrol dengan harga Rp25.000, ketupat Rp2.000, es jeruk manis Rp7.000. Ditambah sebungkus emping yang saya jadikan topping, Rp7.000. Total saya menghabiskan dana Rp41.000 untuk makan siang kali itu.
Kalau dipakai makan siang di kantin, bisa dapat dua piring nasi plus sayur dan lauknya, hahaha. Tidak apa-apa, sesekali hidup itu perlu selingan, bukan? Tentunya selingan yang menyenangkan namun tetap aman buat semuanya.
Secara keseluruhan, saya rekomendasikan sop kikil Daeng Ramang ini. Maknyus! Suatu kali saya akan makan di situ lagi. Anda kapan?**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H