Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak Tidak Lolos Masuk Sekolah Favorit, Harus Bagaimana Sebagai Orangtua?

2 Juni 2023   06:00 Diperbarui: 2 Juni 2023   06:26 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendampingi tes hari pertama (sumber: Indah Novita Dewi)

"Amel nggak lulus bukan berarti Amel nggak pintar, Nak. Tapi kemarin yang mendaftar kan banyak sekali. Ada 500 pendaftar sedangkan yang diterima hanya 300. Berarti ada 200 anak yang tidak lulus seperti Amel."

Anak saya manggut-manggut.

"Coba tanyain temanmu apakah mereka lolos semua?" tanya saya karena saya tahu ada 4 teman SDnya yang mendaftar di SMP yang sama.

Ia segera menghubungi teman-temannya via whatsapp. Ternyata dari keempat temannya itu ada satu yang sama-sama tidak lolos. Saya lihat, anak saya yang memang bawaannya cuek bebek - semakin tenang. Mungkin karena merasa ada temannya.

---

Ketika beberapa hari kemudian saya menceritakan bahwa anak saya tidak lolos masuk di SMP tersebut, teman saya berkomentar.

"Sekolah di sana sudah terkenal, Mbak. Harus ada orang dalam. Bukan dalam arti harus mbayar, tapi pokoknya harus ada kenalan. Guru atau tenaga administrasi."

Ah, masak sih, seperti itu? Waktu papanya Amel saya infokan masalah tersebut, ia malah bersyukur Amel tidak diterima karena ia paling jengkel kalau ada nepotisme seperti itu.

Informasi dari teman membuat saya tercenung. Masak iya sebanyak 300 anak yang diterima semuanya karena ada koneksi? Sepertinya terlalu mengada-ada, ya? Lagipula rugilah sekolah yang hanya mengandalkan koneksi tapi tidak mendahulukan prestasi. Bisa saja kan 300 koneksi itu tidak ada yang cemerlang, sementara yang cemerlang tersingkir karena tidak ada koneksi. Rugi sungguh rugi.

Tapi saya juga tidak menelan info tersebut mentah-mentah. Bisa jadi memiliki kenalan orang dalam itu merupakan sebuah nilai tambah, namun tentunya prioritas utama adalah kecemerlangan seorang kandidat siswa. Soalnya kalau cuma gegara koneksi, ngapain juga pakai bikin tes masuk sampai dua hari.

Informasi harus pakai orang dalam ini sebenarnya merugikan sekolah itu sendiri. Ia sudah mendapatkan stigma buruk dari orang luar. Semoga saja informasinya tidak benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun