Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hari yang Sangat Sempurna untuk Sakit

1 Maret 2023   21:09 Diperbarui: 1 Maret 2023   21:13 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Hari yang Sangat Sempurna untuk Sakit (Sumber: Pexels/Antoni Shkraba)

Dania sampai di kontrakannya yang sempit, petang hari setelah rapat yang panjang dan menjemukan. Divisinya sedang membahas sebuah proyek yang harus kelar dalam dua minggu dan mereka menyiapkan untuk presentasi di depan bos besok. Masih ada bahan yang harus dilemburnya di rumah, tapi yang Dania inginkan hanyalah tidur dan berselimut karena ia merasa dingin.

Dania benar-benar melakukan apa yang diinginkannya setelah membersihkan tubuhnya di kamar mandi. Ia tidak mempedulikan perutnya yang sedikit lapar dan langsung menyusup di selimutnya yang hangat. Dania meraba keningnya sendiri sesaat sebelum memejamkan mata dan merasakan bahwa ia sedikit demam.

Baru sepuluh menit ia memejamkan mata, ponselnya berdering dengan nada yang ia setel khusus untuk kepala divisinya. Sambil meraih ponsel di meja nakas, Dania menyesali mengapa ia tidak mematikan ponsel terlebih dahulu sebelum memutuskan tidur.

"Iya, Kak?" sapanya dengan suara berat. Dania baru menyadari bahwa tenggorokannya pun mulai terasa sakit. Sepertinya ia benar-benar akan sakit. Dibenahinya posisi dari berbaring menjadi duduk.

"Mengapa suaramu serak?" tanya kepala divisinya - yang biasa ia panggil Kak Sandra - di seberang telepon dengan suara mengintimidasi alih-alih suara penuh perhatian. "Ingat jangan sampai kau sakit, besok adalah saat yang paling urgent untuk proyek kita."

"Tidak, Kak. Aku hanya ... baru bangun," Dania berdehem agar suaranya jernih.

"Kau masih sempat tidur?!" suara Sandra meninggi. "Kau belum memulai membuka laptopmu? Kau harus merevisi semua dokumen yang sudah kita siapkan, dan mengirimkan pada Andria agar ia dapat mengeprint pagi-pagi sebelum kita ke bos. Ingat Dania, kita sudah membagi tugas masing-masing dan aku juga tidak leha-leha malam ini. Aku harus mengurus ..."

"Iya, Kak, aku tahu. Kakak harus memastikan pihak yang kita undang datang besok," sambung Dania yang merasa kepalanya mulai berdenyut. Ia akan benar-benar sakit jika Sandra terus mengomelinya. Kebiasaan buruk kepala divisinya itu adalah berceloteh tak tentu arah sebelum masuk ke point pentingnya.

"Kakak tadi meneleponku untuk apa?"

"Jangan lupa kau ubah anggaran untuk bahan, karena harga-harga naik, seperti yang kita sepakati, kita naikkan 20% dari harga semula."

"Baik, Kak."

Dania segera melompat dari kasurnya setelah Sandra memutuskan sambungan telepon. Pekerjaannya benar-benar banyak maka ia harus segera memulainya. 

Dania menyalakan laptop dan sambil menunggu menu windows tampil di layar laptopnya, ia menyeduh minuman sereal yang baru dua hari lalu dibelinya. Minuman sereal dengan potongan kismis manis dan hazelnut gurih. Dania sangat menyukai sereal import yang ia beli langsung dari Brunei. Walaupun ia pegawai biasa dengan gaji pas-pasan, sesekali kemewahan menikmati sereal dari Brunei seperti itu sangat ia nikmati.

Ia bekerja di depan laptop selama tiga jam non stop dan kemudian mengirimkan semua file yang sudah selesai ia rapikan ke Sandra dan Andria, teman kantornya yang diberi tugas mengeprint.

Dania merasa kepalanya makin panas dan tubuhnya terasa sakit semua. Besok tampaknya ia tak bisa ke kantor kecuali gejala yang ia derita malam itu mereda. Namun, Dania sebenarnya lebih senang kalau ia sakit besok. Ia benar-benar sedang tak semangat bekerja dengan kepala divisi yang mengintimidasi dan bos yang super cuek.

Dan satu lagi yang menjadi info untuk kalian semua yang sedang membaca kisah ini, baru-baru ini Dania juga mendapatkan teguran dari bosnya secara langsung. Jadi Dania merasa sangat malas untuk harus bertemu bosnya besok. Besok adalah hari yang sangat sempurna untuk sakit. Begitu Dania mengulang-ulang kalimat yang sama sambil kembali berbaring.

Yang penting tugasnya sudah selesai semua. Biar Sandra saja yang akan mempresentasikan progress proyek mereka.

Dania paham bahwa kata-kata adalah doa, dan sebaiknya kita tidak boleh mengucapkan doa yang buruk. Tapi sungguh, besok adalah hari yang sangat sempurna untuk sakit.

Dan seperti itulah endingnya, besoknya Dania benar-benar tidak bisa bangun dari tempat tidur karena ia merasa lemas dan badannya panas. Ia segera mengirim pesan bahwa ia tidak masuk kepada Sandra. Kepala divisinya yang suka mengintimidasi itu bahkan harus melakukan sambungan video call hanya untuk memastikan Dania benar-benar sakit seperti yang dikabarkannya melalui pesan teks.

"Wah, penampilanmu benar-benar parah," ucap Sandra setelah melihat Dania muncul di layar ponselnya. "Perlukah aku datang ke rumahmu usai kantor nanti? Kau harus ke dokter."

"Tidak usah, Kak. Aku akan ke dokter sendiri jika sore ini tidak membaik. Ada dokter praktik di dekat kontrakanku."

Dania berusaha menguatkan tubuhnya untuk sekadar membasuh diri dan buang air di kamar mandi, sebelum kembali lagi ke selimutnya yang hangat. Sebelumnya ia sempat mengambil apel dari kulkas dan berusaha mengunyahnya sampai habis. Ia memprediksi presentasi itu sudah dimulai ketika ia menerima pesan teks dari Andria.

"Bos menanyakan keadaanmu. Kelihatannya ia khawatir."

Dania terkekeh tak bersuara. Bos galak itu bisa khawatir padanya sedangkan dua hari lalu ia menegur Dania dengan teguran keras. Mungkin bos merasa bersalah telah menegurnya? Ah, tidak mungkin sepertinya, karena semua bos di dunia ini sama. Tidak mau disalahkan.

Ponselnya masih berbunyi, kali ini pesan dari pacarnya. "Kamu baik-baik saja? Kudengar kau sakit."

Dania mendengus. Ia pun tidak selera menanggapi pesan teks tersebut. Yang ia inginkan hanya tidur dan melupakan dunia sejenak. Dania baru membuka matanya lagi ketika mendengar suara pintu rumahnya terbuka. Sesosok tubuh jangkung masuk ke kamarnya. 

"Kau baik-baik saja? Aku membawakanmu bubur. Kamu pasti belum makan. Kamu suka bubur manado, kan?"

Dania diam saja, cemberut.

"Aku suapi, ya?"

"Bagaimana presentasi Kak Sandra tadi?" tanya Dania.

"Cukup menarik. Tim-mu sudah melakukan yang terbaik," senyum si jangkung sambil menyodorkan sendok penuh bubur ke mulut Dania. 

"Kata Andria, kau menanyakan tentang aku?" tanya Dania tersenyum tipis.

"Tentu saja sayang, karena anggota tim yang paling kusayangi tidak kelihatan, dan dua hari lalu ia merajuk ketika kutegur karena menghabiskan uang jutaan hanya untuk membeli sereal dari Brunei."**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun