Pernahkah kamu punya teman yang selalu merasa paling benar? Atau mungkin kamu sendiri yang memiliki sifat seperti itu? Atau kamu nggak sadar kalau mempunyai sifat selalu merasa benar?
Orang yang selalu merasa benar, biasanya suka berkomentar seperti ini: Itu seharusnya begini. Jangan begitu, harus begini. Menurut saya itu begini.
Perkataan seperti itu wajar saja jika diungkapkan hanya pada masalah-masalah yang dikuasai betul. Tapi kadang ada orang yang di setiap persoalan selalu urun rembug  menunjukkan bahwa ia serba tahu.
Jika tidak puas dengan suatu urusan, ia  membuat quote untuk menyindir orang lain. Atau mencari-cari quote yang bisa mendukung pendapatnya, lalu memasang quote pada statusnya dengan perasaan menang. Bangga. Puas.
Zaman saya masih remaja, saya pernah membeli buku kecil berisi kata-kata mutiara, atau istilah kekiniannya quote, ya. Salah satu kata mutiara yang saya hafal sampai sekarang adalah ini "Orang yang selalu merasa benar adalah orang yang bodoh."
Sebagai manusia biasa, saya juga pernah tergelincir merasa paling benar. Di saat-saat seperti itulah saya teringat kata mutiara yang pernah saya baca itu, dan nyengir sendiri karena tersadar telah bertindak bodoh.
Akhirnya saya menyadari bahwa pada masalah di mana saya bersikukuh pada 'pendapat benar' saya, ternyata ada alternatif kebenaran lain yang bisa jadi lebih baik.
Orang yang selalu merasa benar biasanya dapat melihat semut di seberang lautan, namun gajah di pelupuk mata tak bisa dilihat. Tentunya hal ini tidak baik, di saat kita pandai mencela kesalahan orang lain, tapi kekeliruan-kekeliruan pola pikir kita sendiri tidak disadari.
Supaya tidak terjerumus dalam sifat selalu merasa paling benar sendiri, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan. Yuk, simak, yuk ... agar kita semua dapat memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi.
1. Dalam menyikapi orang lain, cobalah untuk masuk ke dalam sepatunya. Â