Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Latto-latto yang Membuat Penasaran dan Perkara Dobel Huruf T

12 Januari 2023   21:06 Diperbarui: 12 Januari 2023   21:09 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring dengan suara latto-latto yang terdengar makin melemah, saya menulis artikel ini. Saya bilang melemah, karena demamnya memang sudah jauh berkurang, beda dengan sekitar dua bulan lalu di saat suara latto-latto di sekitar rumah saya terdengar kencang, bahkan hingga jauh malam.

Pertama saya mengetahui mainan latto-latto sekitar dua bulan lalu, saat hari-hari diusik oleh bunyi tek tok tek tok yang jauh dari merdu. Apaan sih, itu? Lalu akhirnya tiap pagi saat mengantar anak ke sekolah, saya melihat biang kerok suara tek tok tek tok, ternyata mainan berupa dua tali yang digantungi bola plastik bulat yang dimainkan dengan cara diayun hingga beradu secara konsisten, menimbulkan suara tek tok tek tok yang bising itu.

Lambat laun saya melihat beberapa anak memainkannya dengan cara seolah-olah mereka dilahirkan sebagai pakar latto-latto, canggih banget! Diayun-ayun di bagian depan tubuh, lalu dinaikkan di atas kepala, kemudian di belakang kepala, olala.

"Pa, itu mainan apa sih?" tanya saya keheranan. Soalnya sumpah, walaupun kemudian saya tahu (dari suami saya dan dari beberapa tulisan kompasianers) bahwa latto-latto itu mainan jadul, saya sama sekali belum pernah mainan benda itu di masa kecil.

Suami saya menjelaskan bahwa ia sudah memainkan latto-latto sejak kecil. 

"Kok, kayaknya pas kecil aku nggak pernah tahu ya, Pa? Apa mungkin permainan ini asalnya dari Sulawesi?" tanya saya. Suami saya setuju dan mengiyakan (di kemudian hari saya tahu bahwa info itu salah). Lalu saya pun merengek minta dibelikan.

"Beliin ya, Pa. Bagus kayaknya mainan itu untuk melatih motorik anak dan juga biar anak-anak nggak main gadget saja," ucap saya. Padahal alasan sebenarnya, saya penasaran juga ingin memainkannya, hahha.

Suami saya hanya diam saja, senyum-senyum.

Tak dinyana waktu saya pulang kantor, di kursi tamu sudah bertengger latto-latto berwarna biru.

"Wah, Papa jadi beli, ya? Beli di mana?" seru saya bertanya takjub.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun