Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Review Buku: Lauk Daun di Kampung Merdeka

12 Desember 2022   21:49 Diperbarui: 12 Desember 2022   21:56 1520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lauk Daun di Kampung Merdeka (dokumen pribadi)

Judul Buku             : Lauk Daun

Penulis                    : Hartari

Tahun terbit         : 2022

Penerbit                 : baNANA

Tebal halaman    : 140

Apa yang menarik dari novel yang tidak seberapa tebal ini? Seratus empat puluh halaman Lauk Daun bisa dibaca hanya dalam sekali duduk. Tentu saja duduk yang agak lama dan sedikit leyeh-leyeh biar enakan.

Yang menarik tentu saja fakta bahwa buku ini menerima penghargaan sebagai "Naskah yang Menarik Perhatian Juri" di ajang sayembara menulis novel paling bergengsi di negeri ini yaitu sayembara novel Dewan Kesenian Jakarta 2021 lalu. Tentunya ketertarikan dewan juri itu mengundang kekepoan kita bersama, apa sih yang menarik???

Lauk Daun ditulis pada saat Indonesia dan dunia sedang dilanda pandemi. Hartari sebagai penulis dengan cerdik mengambil momen ini sebagai setting dalam novelnya, meskipun alur novel sendiri dimulai jauh dari sebelum masa-masa covid.

Adalah Kampung Merdeka yang diceritakan dalam novel ini dan menjadi setting lokasi dari awal hingga akhir novel. Kampung Merdeka adalah kampung yang biasa-biasa saja, layaknya kampung di sudut-sudut kota tanah air. Namun justru kebiasaannya itulah, plus segala intrik, kasak-kusuk, gosip ala kampung, diangkat dengan sangat detail oleh Hartari dalam kemasan sebuah novel.

Kampung Merdeka adalah kampung kita semua di mana ada Pak RT, Bu RT, penjual makanan, sepasang sahabat yang kemudian pecah kongsi, kasus-kasus rebutan lelaki, perceraian, bahkan renik-renik lomba kampung yang berusaha digolkan oleh istri ketua RT yang ambisius. Lauk Daun adalah wajah kita semua dalam bingkai novel yang manis.

Hartari bercerita tentang sentral, inti kehidupan Kampung Merdeka, denyut nadi kampung yang mengejawantah dalam bentuk grup WA RT. Grup WA yang dikuasai emak-emak dan tokoh sentralnya adalah Bu As, istri ketua RT yang ambisius. Dengan suaranya yang kencang, Bu As memberikan instruksi ini-itu kepada warga RT-nya. 

Ketika masa jabatan Pak As berakhir, maka otomatis Bu As juga harus lengser sebagai ketua PKK RT. Di situ Bu As merasa sedih, namun secara diam-diam masih berusaha menyetir Bu Rusdi, istri Pak Rusdi, ketua RT baru. Bu Rusdi lebih kalem, tidak seagresif Bu As, dan kadang bingung bagaimana menyikapi berbagai permasalahan yang terjadi di kampung. Di saat-saat seperti itu tentu saja ia akan bertanya pada penasihat pribadinya.

Masalah muncul saat covid melanda. Sebagian warga Kampung Merdeka minta dipasangi portal di jalan masuk kampung, namun ada juga yang tidak setuju. Portal terpasang karena kegigihan Yayuk, salah satu warga kampung, namun tak memakan waktu lama, portal itu menimbulkan kericuhan hingga harus dibongkar paksa.

Yayuk - yang memiliki dendam pribadi pada sebagian besar penduduk kampung - jadi meradang. Dengan didukung suami barunya, ia menyusun siasat pembalasan dendam atas rasa sakit hatinya yang sudah mencapai maksimal. Apa saja siasat yang disusun dan kemudian dilaksanakan Yayuk? Apakah semua siasat itu berhasil menuntaskan dendam di hati Yayuk?

Meski sesungguhnya alur yang kemudian berujung pada kisah pembalasan dendam ini terasa agak dark, namun kenyataannya Lauk Daun mengandung humor di sana-sini, terutama pada bagian-bagian di mana Bu As masih menjabat sebagai ketua PKK. Dengan percaya diri yang berlebih, kadang tingkah laku lucunya menimbulkan kekonyolan yang menerbitkan tawa.

Saya bahkan sudah membayangkan jika Lauk Daun ini nanti kebetulan dibaca salah satu sineas film kita, lalu dibikin jadi film, kira-kira siapa yang cocok memerankan Bu As, Bu Rusdi, Yayuk, Tutik, Jubaidah, dan lain-lain. 

Saya merasa Bu As cocok diperankan oleh Siti Fauziah Saekhoni, pemeran Bu Tejo dalam film pendek 'Tilik' yang pernah viral itu. Sebagian ibu-ibu di Kampung Merdeka bisa diperankan oleh teman-teman Bu Tejo dalam truk yang mereka tumpangi ke rumah sakit.

 Peran-peran yang lain bisa diperankan oleh komedian-komedian di SUCI. Wah, saya jadi tak sabar menanti Lauk Daun menjelma menjadi film layar lebar.**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun