Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Berbagi Pengalaman Pertama Menjadi Korban Banjir di Makassar

27 November 2022   20:25 Diperbarui: 29 November 2022   02:35 1464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banjir sampai batas kaki meja di ruang tamu (dokpri)

Saya bertahan di kantor sampai jam pulang 16.30 WITA. Setelah memastikan bahwa suami tidak bisa menjemput karena akses keluar rumah tergenang air, dan ia juga sibuk mengeluarkan air dari dalam rumah, saya berinisiatif order gocar.

Walaupun sebelumnya teman mencoba order tapi tidak ada yang respons, karena berita jalan poros (jl Perintis Kemerdekaan) dan tol macet parah, saya tetap mencoba order dan alhamdulillah ada gocar yang respons.

Deretan mobil berjalan merambat menuju rumah saya di perumahan Bumi Permata Sudiang. Driver mencoba jalan alternatif terdekat dan saya mewanti-wanti jika masuk ke perumahan harus lewat gerbang belakang, karena gerbang depan dan jalanan sudah bisa dipastikan tergenang parah. Hampir maghrib saat itu dan saya berhasil masuk perumahan dengan aman.

Perumahan gelap karena listrik mati, mungkin demi keamanan. Sesampai di ujung lorong blok tempat saya tinggal, terlihat genangan air yang cukup dalam, kira-kira sebetis.

Driver minta maaf karena ia tidak bisa lanjut. Saya juga tak mungkin memaksa. Lagipula sudah dekat, hanya kurang tujuh rumah lagi. Saya pun turun dan berjalan di genangan untuk mencapai rumah saya.

Rumah gelap, hanya di ruang tamu menyala lampu emergency. Suami saya sibuk bersih-bersih dan membuang air keluar melalui garasi/teras. Anak-anak sudah aman di lantai 2, tapi mengeluh lapar ketika saya datang. Untung saya tadi beli bolen pisang dan kotak bolen saya kirim ke lantai 2 untuk mengganjal perut-perut yang kelaparan.

Saya langsung ambil alih pengki dan mulai membuang air di dalam rumah keluar, melalui pintu samping yang langsung berhubungan dengan teras/garasi. Pekerjaan membuang air pakai pengki itu saya lakukan sampai air di dalam rumah habis. Lumpur dan sampah menumpuk tapi kami tak bisa berbuat apa-apa untuk membersihkan, karena air terbatas.

Saya membersihkan ruang tamu yang relatif layak untuk ditempati, karena lantai ruang tamu memang didesain lebih tinggi dari ruang dalam. Suami pergi beli makan malam dan kami semua makan di ruang tamu. 

Setelah makan saya suruh anak-anak tidur setelah sebelumnya buang air kecil dan membersihkan tubuh dengan air yang tersisa di bak penampung. Saya mengikuti mereka tidur di lantai 2, sedangkan suami mau di lantai 1 sambil berjaga-jaga kalau-kalau air kembali naik.

Tapi hujan sudah reda saat itu, dan walaupun genangan air di jalan depan rumah masih lumayan tinggi, insyaAllah jika hujan tak lagi kembali, jelang dini hari semua genangan air itu akan surut.

Kami lupakan dulu sejenak rumah yang berantakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun