Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gudeg, Oh, Gudeg

22 November 2022   20:11 Diperbarui: 22 November 2022   20:29 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gudeg Yu Narni (dokpri)

Dindaku memegang ketiga kaleng gudeg dengan tatapan tak percaya. Lalu tiba-tiba ia meraung dan tangisnya pecah. Aku panik, tak tahu di mana salahku.

"Kanda gimana sih! Bukannya dinda bilang berulang kali, beli gudeg dalam kendil atau besek! Gudeg dalam kaleng mana enak! Kanda jahattt. Kanda tak pernah mau tahu kemauan dinda! Padahal dinda lagi hamil. 

Bagaimana kalau anak dalam kandungan dinda ini jadi ngeces gara-gara gudeg? Kanda jahattt ... Kanda jahattt ... huks huks huks," dindaku terus menangis, lalu lari ke dalam kamar meninggalkan kopor yang terbuka dengan baju kotorku berserakan, dan tiga kaleng gudeg yang merana karena dituduh tidak enak sebelum dicicipi.

Dindaku benar-benar marah dan merajuk berhari-hari. Ia tidak mau bicara. Ia tidak mau meladeni aku makan dan minum, ia tidak mau mengurus pakaian kotorku, ia bahkan tidak mengizinkanku mengelus perutnya. Padahal kan di dalam perut buncitnya itu ada darah dagingku! Aku jadi pusing sendiri dan tanya solusi sana-sini.

Akhirnya berbekal akun instagram sesepenjual gudeg di Jogja, yang diinfokan salah satu teman, aku memesan gudeg kendil secara online. Dikirim secara express satu hari nyampai. Tentunya dengan biaya yang tidak murah.

Sambil kurayu-rayu, dindaku akhirnya mau tersenyum lagi padaku, setelah menghabiskan sendiri gudeg dalam kendil. Aku tidak disisakan sama sekali. Ah, biarlah, yang penting aku sudah boleh mengelus perut buncitnya dan merasakan tendangan calon jagoanku dari dalam sana.

Memang kalau dipesan oleh istri yang sedang hamil, tidak boleh ada tawar menawar. Mau gudeg kendil atau besek ya harus dibelikan seperti itu. Jangan malah dibelikan gudeg kaleng yang tidak diliriknya sama sekali bahkan dengan sebelah mata.

Ah ya, aku ingat aku masih punya gudeg kaleng. Akupun mencari-cari di lemari.

"Kanda nyari apa?" sapa dindaku lembut setelah kekenyangan makan gudeg.

"Gudeg kaleng yang waktu itu, mana?" tanyaku hati-hati, takut emosinya naik lagi.

"Ooh gudeg itu? Sudah dinda habiskan. Ternyata enak juga gudeg kaleng, Kanda," dinda menjawab sambil tersenyum manis inosen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun