Menurut penulis, semua jenis pengobatan memang harus dilakukan dengan kehati-hatian dan yang terpenting adalah kejujuran pasien dan kapabilitas dari si tabib. Kita pasti bisa merasakan apakah seorang tabib itu memang benar-benar ahli, atau tukang kibul belaka. Yang terpenting adalah selalu berdoa pada Allah sang maha penyembuh, pada setiap ikhtiar pengobatan yang kita lakukan baik itu pengobatan medis maupun alternatif.
Pengalaman berkunjung ke sinshe
Pertengahan Oktober tahun ini, saya mengantar teman untuk berobat ke sinshe, namanya Pak Inot (bukan nama sebenarnya). Cara pengobatan pak Inot mulanya adalah berdialog dengan pasien, mengenai gejala penyakit yang diderita (metode bertanya). Jika pasien memiliki catatan medis, boleh juga dibawa untuk dilihat pak Inot.
Setelah berdialog, pak Inot meminta izin untuk meraba denyut nadi di telapak tangan dan pergelangan tangan. Sambil merasakan denyut nadi, pak Inot akan menyebutkan penyakit-penyakit dari pasien, bahkan penyakit yang belum dirasakan gejalanya.
Ini sebetulnya yang seringkali membuat calon pasien sinshe ngeri-ngeri sedap sebelum periksa. Takut ketahuan semua penyakitnya.
Setelah pemeriksaan denyut nadi, metode pak Inot adalah metode totok tubuh tanpa membuka pakaian.
Pasien dibaringkan di ranjang pemeriksaan, lalu ditotok bagian kaki, perut, kepala dan wajah di titik-titik tertentu yang dianggap perlu, tergantung dari diagnosis penyakit. Setelah baring, pasien disuruh duduk, masih di atas tempat tidur, dan ditotok bagian punggung dan bahu. Terakhir pak Inot menyemprotkan minyak yang terasa hangat di belakang leher, agar pasien rilex.
Setelah selesai, pasien kembali ke tempat duduk untuk diberikan obat. Obat sinshe berupa ramuan herbal, namun pak Inot sudah meracik dan memproses ramuan menjadi bentuk pil yang lebih mudah dikonsumsi oleh para pasiennya.
Berapa Tarif Sinshe?
Pak Inot tidak memasang tarif untuk konsultasi medis dan terapi totoknya, namun biaya obat memang agak tinggi tergantung penyakitnya. Teman yang sakit lambung serta wasir diberi obat yang harus dikonsumsi seminggu seharga Rp600.000. Namun jika ingin sembuh harus rutin dikonsumsi selama 3 bulan. Tiga bulan artinya 12 minggu, berarti 12 x 600.000 = 7.200.000 untuk pengobatan sampai sembuh.
Kabarnya untuk penyakit yang lebih berat seperti myom atau tumor, harus menjalani pengobatan hingga 8 bulan dan satu bulannya harga obatnya mencapai Rp2.000.000 jadi dalam delapan bulan menghabiskan uang sebesar Rp16.000.000.