Judul           : Cinta Anak Karaeng
Tahun          : 2013
Pengarang      : Ahmad Sahide
Tebal           : x dan 137 halaman
Penerbit        : The Phinisi Press Yogyakarta
Novel "Cinta Anak Karaeng" tidak terlalu tebal, sehingga bisa dibaca dalam sekali duduk. Faktanya saya menyelesaikannya kurang lebih tiga hari, karena disela dengan melakukan aktivitas lainnya. Novel ini sebenarnya bukan koleksi pribadi saya, namun milik teman yang sudah tidak hendak dibaca lagi.Â
Judul yang menarik membuat saya memutuskan untuk mengamankan buku ini dan membacanya. Karaeng adalah istilah/gelar/sebutan untuk bangsawan di kalangan suku Makassar, seperti Andi pada suku Bugis. Ketertarikan kedua setelah judulnya adalah karena settingnya Bulukumba, sebuah kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan yang menjadi lokasi kegiatan kantor saya beberapa tahun terakhir.
"Cinta Anak Karaeng" mengisahkan tentang Karaeng Asri, seorang gadis berusia 25 tahun, keturunan bangsawan di Desa Kindang, Bulukumba yang jatuh cinta pada Daro (Darwis), pemuda 20 tahun. Daro bukan keturunan bangsawan, bahkan ia hanya lulusan SD dan pengangguran.
Keluarga Karaeng Asri diceritakan sudah menampik delapan kali lamaran untuk Karaeng Asri hanya karena si pelamar bukan berdarah Karaeng. Untuk keluarga besar Karaeng Asri, calon suaminya kelak harusnya keturunan Karaeng juga.
Karaeng Asri sendiri sebenarnya tidak sependapat dengan pakem yang dipegang teguh keluarganya itu. Baginya manusia diciptakan sama. Menjadi keturunan Karaeng bukanlah menjadi penjamin bahwa keluarganya lebih mulia daripada keluarga lainnya.