Honor pertama cerpen saya Rp50.000 (Kisah Cintaku), cerpen kedua turun jadi Rp40.000 (Rasa Benci Itu), cerpen ketiga Rp50.000 (Di Balik Hati Devina) -- Ini tiga cerpen pertama dalam kurun waktu 1992 -- 1994. Memang saya tidak terlalu produktif mengirim karya waktu itu.
Selain menulis di diary, saya juga menuliskan daftar cerpen/naskah yang saya kirim ke media dalam sebuah buku khusus.Â
Dari buku itu saya bisa melihat catatan bahwa naskah saya ke Anita yang ditolak adalah naskah keempat yang saya kirimkan.
Jadi wajar kalau saya bilang sebenarnya nggak terlalu jatuh bangun juga saya nembus media dulu (halah), karena pertama kirim langsung dimuat.
Oh iya, bagaimana tahu kalau naskah kita ditolak? Nah, itu baik hatinya redaksi majalah jadul. Naskah kita yang setebal handuk baru itu, akan dikirim balik ke kita, dilengkapi dengan alasan kenapa naskah tersebut tidak layak muat.
Yang sempat saya catat di buku sebagai berikut:
Ketika Vika Beranjak Dewasa -- 17 Agustus 1995 -- Dikembalikan September 1997, alasan: monoton, lambat, bertele-tele.
Kado Ulang Tahun Buat Andry -- 14 Juli 1996 -- Dikembalikan 6 September 1997, alasan: ending biasa-biasa, nggak surprise, terlalu gampang.
Gelang Perak -- 14 Juli 1996 -- Dikembalikan 6 September 1997, alasan: terlalu mengada-ada dan bertele-tele.
Nah, seterusnya ada masa-masa tahun produktif di mana dalam setahun saya menulis 24 naskah untuk dikirim ke media (berarti sebulan kirim dua), tapi yang dimuat ya hanya 2 atau 3 naskah, tapi itu nggak papa buat saya, karena kepuasan menyelesaikan naskah itu lebih utama.
Wah, menuliskan artikel ini dan membaca kembali diary serta buku catatan naskah terkirim, membuat saya jadi pingin nulis lagi di media. Rasanya membaca tulisan kita terpampang di media itu senang sekali, lebih senang lagi kalau honornya sudah cair.