Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Resensi Buku: Mood Booster For Writer, Kudapan Ringan Saat Motivasi Menulis Anjlog

19 Oktober 2022   09:50 Diperbarui: 19 Oktober 2022   09:53 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Pernahkah Anda merasakan tak punya ide sedikitpun untuk ditulis? Anda duduk di depan laptop, jari di atas keyboard,  namun bahkan kalimat buruk sekalipun tak bisa meluncur di layar monitor?

Akhir-akhir ini saya sering mengalaminya. Itulah kenapa saya merasa senang ketika menemukan buku ini dipromosikan di Facebook.

Judulnya sudah provokatif sekali "Mood Booster for Writer." Dengan membaca buku ini, saya berharap mood dan motivasi nulis saya membaik.

Selain judul yang menarik, penulisnya juga pernah saya kenal waktu saya tinggal di Jogja dulu. Mas Dwi Suwiknyo adalah penulis muda produktif yang telah melahirkan banyak buku. Beberapa kali beliau mendampingi komunitas saya IIDN Jogja, berkegiatan literasi.

Saya pernah membaca salah satu karya beliau tentang menulis dan merasa sangat terinspirasi. Oleh sebab itu saya memesan buku ini dengan harapan setelah membaca, motivasi menulis saya terdongkrak menjadi tinggi.

Membaca buku ini seolah membaca banyak tips ringan yang membuat kita tidak merasa digurui, tapi langsung manggut-manggut setuju. Seperti pada halaman 7, mas Dwi menyampaikan bahwa untuk menjadi penulis buku atau novel, perlu modal 6S. Apakah itu? 6 S artinya: sabar, sabar, sabar, sabar, sabar, dan sabar.

Tentu saja karena proses penerbitan buku/novel mulai dari nulis sampai diterbitkan memerlukan waktu yang cukup panjang.

Sebelum membaca lebih jauh, mas Dwi memberikan warning dalam bukunya tentang 3 sikap orang yang tidak cocok jadi penulis, yaitu:
1. Suka terburu-buru, tidak sabaran dan ceroboh
2. Tidak tahan lapar, tidak kuat puasa barang sebentar saja
3. Suka hasil instan, ingin lekas populer dan terkenal, tapi suka mengeluh.

Nah, ada nggak salah satu dari sikap itu yang Anda punyai? Kalau punya semua, mending ditelaah ulang rencana Anda menjadi penulis.

Bicara mood booster for writer tidak afdhol kalau tidak membicarakan royalti. Di sini ada sedikit simulasi yang mas Dwi sampaikan.

Sebuah buku 600 halaman dijual Rp150.000. Jika royaltinya 10% maka perbuku penulisnya memeroleh Rp15.000. Potensi jualnya misalnya 5000 eksemplar untuk seluruh Indonesia, maka potensi penghasilan royalti penulisnya mencapai Rp75.000.000. Itu baru satu buku.

Sudah diiming-imingi royalti tapi tulisan masih belum selesai juga? Dalam buku ini mas Dwi menjabarkan 5 alasan kenapa naskah tidak rampung-rampung yaitu:
1. Nulisnya ditunda-tunda
2. Belum punya jadwal menulis
3. Kebanyakan berpikir dan melamun
4. Kurang percaya diri dan sering galau
5. Sibuk kerja atau sibuk medsosan

Nah, ada nggak di antara lima penyebab naskah tak rampung itu, yang menjadi masalah Anda kini? Tenang, ada solusinya kok.

1. Segera menulis
2. Buat jadwal menulis dan patuhi
3. Perbanyak membaca
4. Yang penting tulisan jadi dulu, edit belakangan
5. Manajemen waktu dan atur aktivitas harian

Kalau Anda masih suka menunda-nunda karena malas, atau sibuk medsosan, itu berarti memang tidak ada skala prioritas. Menulis belum jadi agenda rutin, padahal kalau ngaku penulis seharusnya aktivitas menulis adalah aktivitas yang paling disukai, kan? (halaman 47).

Sungguh kalimat yang bold itu menohokku. Hoi, ngaku penulis tapi drakoran muluk!

Kalau masih kurang juga mood boosternya, mas Dwi menambahi bahwa kita menerbitkan tulisan/buku itu tidak sekadar menerbitkan buku, namun menerbitkan gagasan dan cita-cita! MasyaAllah.

Jadi luruskan niat dan jadilah penulis yang lebih bermakna. Kunci agar bisa terus menulis,  adalah keinginan untuk berbagi. Berbagi kesenangan, kebahagiaan, pemikiran, bahkan juga luka dan sakit hati.

Selain berisi tentang berbagai kiat dan tips tentang menulis, buku ini juga menjelaskan tentang cara berinteraksi dengan penerbit, mempromosikan karya, dan melakukan banyak hal yang dapat mendukung profesi kita sebagai penulis.

Ada yang menarik dalam buku ini bahwa setiap penulis memiliki definisinya sendiri tentang menulis. Bagi Dwi Suwiknyo dalam bukunya, menulis adalah cara tersantun untuk menasihati diri sendiri, sekaligus jalan menuju Tuhannya (halaman 156). Menurut mas Dwi, penulis harus memiliki definisinya sendiri, agar kegiatan menulis menjadi gue banget dan punya arti khusus. Sehingga setiap menulis kita merasa ada di zona bahagia dan penting, karena itulah kita akan selalu senang menulis.

Menulis bagi saya adalah kegiatan mengasyikkan yang selain bertujuan untuk menghibur orang dan berbagi, juga cara asyik untuk mendapatkan uang. Waduh, matre banget nggak sih, kedengarannya? Atau jujur banget? Bagaimana dengan definisi menulis menurut Anda?**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun