Bulukumba, nama yang asing buatku ketika menginjakkan kaki pertama sekitar tahun 2018 lalu.
Waktu itu pertama kalinya aku mengikuti kegiatan kantor yang bertempat di Bulukumba.
Bulukumba adalah sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan yang terkenal sebagai daerah penghasil pinisi atau perahu tradisional khas Sulawesi Selatan.
Nama Bulukumba sendiri membuatku bertanya-tanya apa maknanya. Setahuku, Bulu dalam bahasa Makassar artinya gunung. Lantas, apa artinya Kumba?
Ternyata pemaknaannya tidak bisa diartikan sepotong-sepotong seperti itu, melainkan menjadi satu kesatuan, dan nama tersebut menjadi bagian dari sejarah wilayah di masa lalu.
Seperti dirangkumkan dari berbagai sumber, kata Bulukumba berasal dari kata 'bulukumupa' yang pada dialek tertentu dibaca menjadi Bulukumba. Bulukumupa sendiri terdiri dari dua kata 'bulu'ku' dan 'mupa' yang bisa diterjemahkan secara bebas menjadi 'masih gunung milik saya'.
Penamaan Bulukumba berasal dari kisah di abad 17 saat Sulawesi Selatan dikuasai dua kerajaan besar yaitu Kerajaan Bone dan Kerajaan Gowa. Saat itu kedua kerajaan saling memperebutkan wilayah yang disebut sebagai 'bangkeng buki' (kaki bukit) yaitu barisan lereng bukit dari Gunung Lompobattang, sehingga kemudian muncullah istilah 'bulu'ku mupa'.
Kabupaten Bulukumba dapat dicapai dengan menempuh perjalanan darat kurang lebih 5 jam dari Kota Makassar. Dalam perjalanan menuju Bulukumba dari Makassar, akan melewati beberapa kabupaten yaitu Gowa, Takalar, Jeneponto, dan Bantaeng.