Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sehari Kulineran di Kota Solo

7 September 2022   07:00 Diperbarui: 7 September 2022   07:08 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kunjungan saya ke Kota Solo kali ini adalah kunjungan kedua saya setelah dewasa. Kunjungan yang pertama adalah kunjungan singkat naik kereta pramex Jogja -- Solo pada tahun 2017, hanya menemui dosen penguji lalu balik ke Jogja. Tanpa ada acara jalan-jalan maupun makan-makan. Sempat sih, makan di area stasiun Purwosari Solo.

Kunjungan kedua ini adalah kunjungan yang intinya silaturahmi dan jalan-jalan eksplore Solo yang jadi semacam kota transit sebelum saya menuju ke Kota Malang. Saya ke Solo bareng Nur, teman sekantor yang kebetulan juga cuti ke kampung halamannya, Kota Solo.

Tiba Sabtu sore di Kota Solo, saya memiliki waktu yang cukup untuk jalan-jalan dan makan-makan di Solo.

Sabtu malam alias malam mingguan, Nur mengajak saya makan lesehan. Saya makan ikan bakar dan Nur makan ayam bakar. Sayangnya saya tidak sempat mengabadikan ikan bakar yang saya makan. Kami juga sempat jalan-jalan ke Gramedia, balaikota, dan kraton.

Hari Minggu saya memiliki waktu satu hari penuh sebelum Senin dini hari sekitar pukul satu saya harus berangkat ke Kota Malang menggunakan moda kereta api.

Pagi-pagi kami jalan-jalan ke car free day, melihat-lihat keramaian. Kami singgah di stand makanan Pecel Pincuk, memesan masing-masing satu pincuk plus nambah lauk sate telur puyuh. Demi menjaga kestabilan kolesterol, sate telur puyuhnya satu tusuk doang dimakan berdua, haha.

Pecel pincuk khas Madiun di Car free day Solo (Dokpri)
Pecel pincuk khas Madiun di Car free day Solo (Dokpri)

Pecel pincuknya lumayan enak, dan pembelinya juga banyak silih berganti. Pertama kalinya saya makan pecel yang sayurannya aneka ragam. Kalau saya perhatikan, yang rebusan ada daun pepaya, tauge, kecipir, bayam, kangkung, pare, kembang kol, kacang panjang. Yang mentahan ada lamtoro, timun, kemangi.

Selain sayuran dan tentu bumbu pecel yang melimpah, ada rempeyek juga menghias satu porsi pecel pincuk. Jika ingin menambah lauk lain, tinggal memilih dari aneka lauk yang diatur dalam wadah-wadah di dalam gerobak. Oya, pilihan nasinya boleh pilih nasi putih atau nasi merah.

Kami pulang ke rumah Nur dalam keadaan kenyang. Setelah mandi (hahaha, ketahuan pergi jalan-jalan nggak mandi), Nur mengajak saya ke rumah kakaknya yang sedang ada acara akikah cucunya. Di sana tentu saja kami makan lagi. Alhamdulillah salah satu hidangannya adalah masakan khas Solo yaitu Tengkleng Kambing. Saya bisa menikmati tengkleng tanpa harus pergi ke warung.

Siang hari Nur bertanya saya mau makan apa, dan saya memilih Selat Solo. Selat Solo adalah hidangan khas Solo yang terpengaruh oleh masakan Eropa. Jika belum pernah tahu, mungkin kita akan mengasosiasikan selat dengan salad, namun Selat Solo lebih mirip bistik berkuah.

Komponen utama Selat Solo adalah daging sapi has luar yang direbus dalam kuah encer yang terbuat dari bawang putih, cuka, kecap manis, kecap inggris, pala dan merica. Selain pilihan daging sapi, tersedia pula galantine yaitu adonan daging sapi yang telah digiling halus lalu dibentuk bulat atau lonjong dan dikukus.

Daging sapi atau galantine disajikan dengan telur rebus dan sayur-sayuran seperti buncis, kentang, tomat, selada, mentimun, kol atau brokoli dan wortel serta dibubuhi sedikit mayonnaise.

Nur mengajak saya ke rumah makan selat yang sepertinya cukup terkenal di Kota Solo, yaitu warung Tenda Biru. Baru sampai di depan warung saja terlihat bahwa warungnya rekomended. Indikatornya dari banyaknya kendaraan yang parkir dan ramainya pengunjung di warung tersebut. Selain menjual Selat, Warung Tenda Biru juga menjual gudeg Solo dan aneka masakan khas Solo.

Warung Tenda Biru (Dokpri)
Warung Tenda Biru (Dokpri)

Tenda Biru Ramai Pengunjung (Dokpri)
Tenda Biru Ramai Pengunjung (Dokpri)

Setelah mendapatkan tempat duduk, Nur pesan di kasir. Selat dagingnya habis sehingga kami pesan selat galantine. 

Selat Solo pakai Galantine (Dokpri)
Selat Solo pakai Galantine (Dokpri)

Malamnya masih cukup waktu sebelum pukul 01.00. Kebetulan ada rombongan teman kantor dari Makassar yang baru tiba juga di Solo. Mereka hendak melakukan kegiatan di KHDTK (Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus) di Gombong, Kebumen. Mereka transit di Solo karena harus berkoordinasi terlebih dahulu dengan instansi yang mengelola KHDTK Gombong yaitu instansi BPSI LHK Solo (Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan Solo).

Saya dan Nur boncengan membelah malam di Kota Solo untuk mengunjungi rombongan tersebut di hotel tempat mereka menginap. Kami janjian makan malam bersama. Setelah bertemu dengan teman-teman yaitu Pak Kadir, Tri, dan Evita, kami berjalan kaki mencari rumah makan yang terdekat dengan hotel.

Setelah jalan agak jauh dan bingung mau makan apa, kami menjatuhkan pilihan untuk singgah di sebuah warung sederhana dan memesan Timlo. Timlo merupakan sejenis sup dengan komponen kembang tahu, bihun, telur dan daging ayam/sapi sebagai bahan pengisinya. Kuahnya bening, encer dan segar. Timlo dapat dimakan langsung atau dengan nasi.

Timlo Solo, Gurih dan Segar (Dokpri)
Timlo Solo, Gurih dan Segar (Dokpri)

Kalau menurut penilaian saya, timlo ini versi rame dari soto ayam. Soto ayam tapi isinya lebih banyak macamnya. Rasanya juga lebih gurih. Mengapa namanya mirip-mirip kimlo, rupanya memang resep timlo ini terinspirasi dari sup kimlo.

Sambil membiarkan Timlo melorot ke perut, kami jalan lagi balik ke hotel. Kami singgah ke sebuah swalayan untuk membeli beberapa kebutuhan. Saya ikut membeli kaus kaki. Setelah balik ke hotel, kami sempat masuk ke kamar Tri dan Evita, ngobrol dan leyeh-leyeh. Setelah itu saya minta Nur segera bersiap pulang karena saya takut ketinggalan kereta, hahaha.

Good bye, Solo. Till we meet again.**

Berkesempatan mengabadikan pose di stasiun Solo Balapan (Foto:Nur)
Berkesempatan mengabadikan pose di stasiun Solo Balapan (Foto:Nur)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun