Bulan Agustus kemarin merupakan bulan yang sibuk buat saya. Saya sebenarnya tidak menyadarinya, sampai saya melihat-lihat akun Kompasiana dan baru nyadar kalau artikel di bulan Agustus yang saya buat, hanya tiga artikel saja.
Tiga artikel itu tepatnya tanggal 10 Agustus saya bercerita tentang sistem absen ASN masa kini secara online; lalu pada tanggal 17 Agustus saya membuat cerpen berjudul "Hentikan Kepomu." Cerpen ini sukses membuat beberapa pembaca gemes pada karakter yang saya ciptakan, Lara. Kenapa? Baca saja di sini; pada tanggal 24 Agustus saya membuat puisi berjudul "Semangatmu masa depan anak-anakmu," bisa dibaca di sini.Â
Seminggu pertama bulan Agustus, saya cuti ke rumah orangtua di Malang. Sebelumnya saya sempat ke Solo, ke rumah teman. Padahal rangkaian cerita selama perjalanan cuti itu sangat banyak, tapi rupanya saya belum sempat mengolahnya menjadi sebuah artikel yang layak baca di Kompasiana.
Minggu kedua dan ketiga Agustus, saya sibuk mengikuti rangkaian acara 17-an di kantor, menyiapkan pertemuan Dharma Wanita, dan menjadi MC di sebuah acara FGD.Â
Ini juga banyak bahan yang bisa dituangkan menjadi beberapa tulisan. Bahkan saya juga sudah memotret sepotong krupuk yang digunakan untuk lomba makan krupuk, sampai teman saya bertanya kenapa saya memotret krupuk tak bersalah itu. Rencananya saya akan menggunakan foto krupuk sebagai ilustrasi sebuah artikel, namun rencana tinggal rencana.
Seperti kata teman saya, Novia Erwida: saya adalah si ahli rencana, hahaha. Sadis dia memang kalau sama saya. Tapi kesadisannya seringkali bener.
Minggu keempat dan akhir Agustus, saya sibuk menyiapkan kegiatan survey hutan rakyat di Bulukumba, sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan. Sekali lagi, banyak ide tulisan dari rangkaian perjalanan survey tersebut, namun lagi-lagi belum ada yang jadi naskah.Â
Saya juga mengikuti dua kelas menulis online di bulan Agustus, dan satu di antaranya masih berlangsung hingga sekarang, diampu oleh seorang sastrawan terkenal. Materi-materi yang beliau bagikan sungguh sangat menarik seolah-olah saya belum pernah mengikuti pelatihan menulis.Â
Saya tentunya tidak bisa membagikan materi tersebut begitu saja, namun bisa mengolahnya menjadi naskah-naskah pendek dengan bahasa saya sendiri untuk dibagikan pada pembaca Kompasiana.Â
Sungguh sayang kegiatan Agustus yang demikian padat, belum mendapatkan waktu untuk dibagikan kisahnya. Saya kira, waktu masih tersisa banyak, namun ternyata waktu tidak menunggu kita bergerak. Waktu akan meninggalkan kita, jika kita tidak cepat-cepat.