Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menerbitkan Buku Kumpulan Cerpen untuk Mengumpulkan Karya yang Terserak di Media

9 Juli 2022   20:42 Diperbarui: 9 Juli 2022   20:51 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Menerbitkan Buku Kumpulan Cerpen (Sumber: dokpri)

Hai, para penulis media, mana suaranya...?

Bagi mereka yang gemar menulis di media cetak, pasti memiliki karya yang terserak di majalah ini, di koran itu, di tabloid sana-sini. Repotnya kalau satu saja dari media itu hilang, jejak karya kita jadi serasa tak lengkap. 

Saya termasuk penulis yang gemar mengoleksi jejak karya. Tumpukan majalah Anita Cemerlang yang memuat karya saya masih saya simpan. Beberapa eksemplar majalah Bobo yang memuat cerpen anak karya saya, masih ada di loker. Beberapa majalah Gadis, Femina, koran lawas, majalah Reader's digest, masih saya simpan karena memuat hasil karya saya.

Namun tak bisa saya mungkiri bahwa jejak karya itu tak semua buktinya berhasil saya kumpulkan. 

Apalagi untuk media yang tidak mengirimkan bukti terbit dan tidak beredar di kota tempat saya tinggal, terpaksa saya tidak memiliki majalah atau koran tersebut. Hanya puas menyimpan bukti foto yang dikirim teman, seperti saat naskah SST atau Sungguh-Sungguh Terjadi (kolom kecil di koran Kedaulatan Rakyat, Jogja) karya saya dimuat dan saya sudah pindah ke Makassar.

Salah satu cara untuk mengumpulkan karya yang terserak adalah dengan menyatukan karya-karya itu dalam sebuah buku. 

Karena tujuannya adalah mengumpulkan karya dan bukan tujuan yang bersifat komersial, maka jika naskah dikirim ke penerbit mayor tentunya akan mengalami proses regular melalui editor. Ditelaah apakah punya nilai jual apa tidak, dan nantinya bisa diterima ataupun ditolak. Karena ada kemungkinan ditolak jika menerbitkan lewat jalur mayor, maka menurut saya kalau tujuannya hanya untuk mengumpulkan karya, menerbitkan lewat penerbit indie lebih baik.

Hal inilah yang mendasari saya kemudian menerbitkan sebuah buku melalui penerbit indie "Pustaka Jingga" pada tahun 2012. 

Waktu itu saya sudah punya beberapa naskah cerpen yang pernah dimuat di majalah Anita Cemerlang. Naskah cerpen inilah yang ingin saya bukukan. Jadi naskah yang dahulunya saya ketik menggunakan mesin ketik itu (jangan tanya tahun berapa, ya, hehehe), saya ketik ulang di laptop. 

Karena jumlah cerpen yang pernah dimuat di majalah Anita Cemerlang tidak sampai 10 cerpen dan saya ingin bukunya tidak terlalu tipis, saya membuat beberapa cerpen lagi untuk melengkapi naskah cerpen yang hendak saya bukukan. 

Jadi total ada 11 naskah cerpen di dalam calon buku saya, dan tujuh di antaranya sudah pernah dimuat di majalah Anita Cemerlang. Ke-11 judul cerpen itu adalah sebagai berikut: Kisah Cintaku, Rasa Benci Itu, Di Balik Hati Devina, Terlanjur Sayang, Kekasih Kekasih, Jarak Yang Membentang, Akhir sebuah permusuhan, Cinta di Kafe KaKiTa, Masih Ada Masa Depan, Bapak, I Love You, Hadiah Ulang Tahun untuk Winda. 

Mengapa penerbit "Pustaka Jingga"? Sebenarnya tidak ada alasan khusus. Waktu itu saya banyak melihat info penerbit indie di media sosial khususnya Facebook. Yang harganya cocok di kantong saya, dan promosinya mampu meyakinkan saya, adalah "Pustaka Jingga". Jadilah saya memutuskan untuk menerbitkan buku di penerbit tersebut. Hasilnya adalah buku yang sampul depannya saya posting sebagai ilustrasi postingan ini. 

Proses terbitnya seperti apa? Seingat saya waktu itu tidak terlalu banyak kendala. Cukup mengirim naskah utuh sudah lengkap dengan daftar isi dan kata pengantar, lalu siap diproses. Pihak penerbit sempat menanyakan sampul seperti apa yang saya inginkan. Jadi sampul yang gambarnya ala-ala kartun anime itu memang pilihan saya, supaya kesan remajanya dapet. 

Biaya total seingat saya adalah Rp300.000 dengan dua eksemplar bukti terbit dikirimkan pada penulis. Jika ingin memesan lebih, saya harus membayar lagi. Waktu itu saya membayar lebih karena ingin menghadiahkan buku saya pada beberapa teman. Jadi ini benar-benar project pribadi bukan untuk komersial, ya.

"Terlanjur Sayang" saya pilih sebagai judul cerpen yang menjadi judul buku, karena saya suka cerpen tersebut. Idenya dari kisah-kisah saya sendiri saat remaja, tentunya ditambah banyak bumbu-bumbu supaya makin asyik, hahaha. Oh iya, jangan protes karena saya nulisnya Terlanjur dan bukannya Telanjur ya, namanya juga sudah telanjur...dinikmati sajalah, hahaha.

Buku "Terlanjur Sayang" ini merupakan buku pertama saya yang bisa dilacak melalui website ISBN. Rasanya bangga juga jika searching nama kita di ISBN dan ada daftar buku berderet. Sayangnya sejak 2012 saya menerbitkan buku "Terlanjur Sayang," deretan buku saya di ISBN tidak banyak bertambah. Baru nambah satu judul yaitu "Misteri Ular di Kolam Renang," buku anak yang saya tulis sebagai naskah buku pengayaan tahun 2019 terbitan penerbit Yrama Widya.

Sebenarnya masih ada buku lainnya, namun karena hanya berupa buku antologi, maka nama saya tidak tercantum sebagai penulisnya sehingga tidak bisa dilacak dengan mengetikkan nama di website ISBN.

Rasanya saya masih ingin berkarya sebagai penulis buku. Ada dua naskah yang sedang proses terbit, namun belum ada naskah baru yang saya garap karena banyaknya kesibukan pekerjaan di kantor. Semoga masih ada waktu untuk membuahkan kembali jejak karya yang bermanfaat tidak hanya buat saya, tapi juga buat pembacanya, aamiin.**

Catatan: 

Jika ingin membukukan karya yang sudah pernah dimuat di majalah atau di media lain, jangan lupa cantumkan keterangan di bawah naskah :"Naskah ini sudah pernah diterbitkan di media X nomor X terbitan tahun X."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun