Jika ditanyakan kepada saya siapa ustadz panutan saya, jawabnya tidak ada. Saya mendengarkan tausiah tidak fanatik ke satu ustadz saja.Â
Namun tentu ada ustadz yang saya sukai karena karakternya dalam membawakan dakwahnya. Saya kurang suka ustadz yang gayanya meledak-ledak. Saya lebih memilih ustadz yang tausiahnya menentramkan hati seperti AA Gym.
AA Gym?
Saya paham, AA Gym pernah menjadi ustadz nomor satu idola para ibu-ibu dulu. Seiring dengan keputusan pribadi beliau menikah lagi, banyak ibu-ibu balik kanan. Jadi nggak suka sama AA Gym.
Terkait hal ini sebenarnya saya agak menyayangkan juga, terutama karena saya suka dengan sosok Teh Ninih, istri pertama AA Gym yang lembut. Namun saya segera menyadari bahwa ustadz juga manusia, yang punya keinginan-keinginan duniawi.
Lagipula jika mendengarkan tausiah agama, kita sebaiknya fokus mendengarkan isi  tausiah tersebut. Bukan fokus pada siapa yang mengucapkannya. Selama isi tausiah penting, kita mengambil pelajaran darinya.
AA Gym
AA Gym lahir dengan nama panjang: Yan Gymnastiar, pada tanggal 29 januari 1962 di Bandung. Ia adalah anak tertua dari empat bersaudara. Ayah AA Gym adalah seorang tentara sehingga kedisiplinan telah dipelajari oleh AA Gym sejak kecil dari ayahnya ini. Sebelum dikenal sebagai seorang dai, AA Gym telah membangun pondok pesantren Daarut Tauhid yang kemudian berkembang menjadi berbagai bisnis islami.
Bisnis-bisnis AA Gym antara lain: koperasi pondok pesantren, penyiaran radio, studio mini televisi, dan usaha media lainnya termasuk kantor situs-situs web, koperasi supermarket, masjid dan pesantren berkapasitas 500 santri, dua panti asuhan, rumah persinggahan untuk menampung pengunjung yang datang, serta penyelenggaraan seminar-seminar pelatihan manajemen.
Bisnisnya yang maju pesat sempat mengalami keterpurukan seiring dengan keputusan AA Gym menikah lagi. Namun seperti sering disampaikan oleh AA Gym sendiri dalam ceramah-ceramahnya, bahwa semua hal di dunia ini tidak akan terjadi tanpa seizin Allah SWT.