No, no, not me!
Bukan saya yang berulang tahun ke-17. My girl!
Benar, si sulung hari ini tepat berusia 17 tahun. Usia yang dianggap sebagai tanda masuk gerbang kedewasaan. Usia di mana seseorang sudah dianggap memiliki kebijaksanaan pikiran minimal, yang membuatnya punya hak pilih.Â
Usia di mana diri seseorang sudah mulai diperhitungkan keberadaannya di negeri ini dengan memberinya KTP. Kartu Tanda Penduduk.
My girl bukan girl biasa yang bebas merayakan ultah di resto cepat saji, mentraktir teman-temannya.
Tidak pula menyelenggarakan pesta sederhana atau mewah, di rumah atau hotel.
Dia tidak bisa melakukan itu semua, karena dia tinggal dan bersekolah di sebuah pondok pesantren.
Yang bisa ia lakukan sejak jauh sebelum tanggal 20, adalah meminta saya minta izin pada ustadzahnya agar ia dapat dibesuk tanggal 20, hari Ahad. Tepat di HUT-nya.
Sejak covid, pondok memang memberikan aturan ketat. Setelah berbulan-bulan melarang pembesukan, beberapa bulan terakhir sudah diizinkan dengan jadwal ketat dan hari yang berbeda.
Asrama si sulung sebenarnya punya jadwal pembesukan hari Kamis.
Maka saya mengirimkan pesan WA pada ustadzahnya meminta izin untuk mengubah hari kunjungan. Alhamdulillah diizinkan.
Anak saya juga tak minta macam-macam. Hanya minta dibawakan HPnya, gamis hitamnya yang ketinggalan di rumah, dua kotak brownies, dan gorengan.
Maka sore ini saya dan papanya datang ke pondok membawakan semua pesanannya. Plus makanan untuk makan malamnya supaya tidak bosan dengan makanan pondok. Dan beberapa kotak minuman.