Pukul 10.20 saya mulai merasakan serangan lapar. Saya hanya menikmati rasa menggigit di perut saya sambil memikirkan bahwa saya sangat beruntung.
Saya lapar, tapi saya nanti maghrib dapat berbuka dengan berbagai penganan yang ada di rumah.
Saya bisa membuat teh hangat, memotong-motong buah naga atau pepaya, menggoreng ikan belanak yang gemuk yang tadi pagi saya beli dari tukang ikan. Saya bisa meracik sup bakso dengan bahan-bahan yang ada di kulkas. Saya bahkan bisa membuat kue bolu karena semua bahan ada.
Ketika merasa seberuntung itu, maka rasa lapar yang saya rasakan menjadi tak berarti.
Mungkin di luar sana banyak orang yang lebih lapar dari saya dan tidak punya apa-apa untuk dimakan.
Sambil berdoa agar orang yang kelaparan di luar sana mendapatkan sepiring nasi dan lauk untuk dimakan, saya meneruskan puasa. Sampai maghrib pasti kuat. Demikian juga si bungsu, pasti kuat dengan puasanya hari ini. InsyaAllah.**
Catatan:
Alhamdulillah kami berdua kuat berpuasa sampai maghrib. Yuk, yang belum bayar utang puasa, segera dibayar, yaa...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H