Terlalu lama?
Itulah kenapa penulis senior selalu berpesan pada juniornya, jika kamu menulis lalu mengirimkan tulisan itu untuk dimuat, jangan menunggu mendapat kabar. Lupakan naskahmu, lalu mulailah membuat naskah baru. Karena jauh lebih baik jika kamu tetap produktif selama menunggu naskahmu direview oleh editor dan dirapatkan, daripada hanya menunggu dalam kecemasan tanpa melakukan apapun.
Baik. Saya jelaskan ulang untuk waktu 2 -- 3 bulan, atau pada penerbit laris 6 bulan yang saya sebut di atas, itu waktu yang dibutuhkan untuk menunggu respons pertama saja ya. Bukan kepastian terbit.
Setelah menerima konfirmasi pertama, misalnya naskah dinilai baik dan akan diterbitkan, maka akan dimulailah proses revisi. Kalaupun tanpa revisi, Anda akan diberi informasi bahwa naskah Anda yang lolos tersebut sedang antre cetak. Di sini waktu menunggunya beragam bisa cepat, bisa tahunan.
Bergembiralah jika pihak penerbit sudah mengirimi contoh kover, artinya naskah sudah mendekati tahap akhir menjadi sebuah buku. Setelah naskah published, Anda mulai dapat berpromosi membantu pihak penerbit agar buku Anda laku.
Zaman sekarang penulis tidak lagi bisa ongkang-ongkang kaki tidak berbuat apa-apa hanya menunggu royalti mengalir. Penulis harus promo agar bukunya laku. Penulis yang sekaligus tukang promo yang rajin akan menjadi penulis kesayangan penerbit. Yakin, deh.
Oya, balik lagi ke waktu tunggu yang dibutuhkan mulai dari naskah dikirim sampai terbit menjadi buku -- ya kira-kira 2 -- 3 tahun. Kecuali jika Anda Tere Liye atau penulis sekelas Tere. Penerbit pasti akan ngebut mencetak naskah Anda agar dapat segera dijual di toko buku. Karena buku Tere Liye kan jaminan mutu laris, ya.
Kalau Anda penulis yang biasa-biasa saja, ya harus antre yang rapi menunggu giliran. Kalau Tere Liye bisa ambil jalan bebas hambatan.
Tapi yakinlah bahwa Tere Liye pun awalnya bukan siapa-siapa. Jadi tak usah khawatir naskah ditolak, jawaban penerbit lama, atau merasa naskah jelek. Tugas penulis itu bukan khawatir, melainkan terus menulis, menulis, dan menulis serta menikmati prosesnya sampai tulisan kita menjadi buku. Jadi berhenti khawatir dan lecut penamu. Selamat menulis.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H