Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ayo Kita ke DSP Toba

26 September 2021   10:39 Diperbarui: 26 September 2021   10:41 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ayo Kita Ke DSP Toba (sumber: shutterstock/zulfikri sasma/kemenparekraf)

Kekayaan alam Indonesia merupakan aset wisata yang potensial dalam meningkatkan pendapatan negara. Mulai dari alam pegunungan sejuk dan indah, pantai yang berkilau, candi nan megah, danau yang menyimpan berbagai kisah, serta adat budaya masyarakat tradisional, semua ada.

Tepatlah jika program pengembangan wisata diberi nama Wonderful Indonesia yang mengandung arti sebuah janji bahwa Indonesia kaya dengan hal-hal yang menarik dan menakjubkan baik dari sisi alamnya maupun keberagaman adat dan budaya suku bangsanya.

Dengan budget pembangunan terbatas, wajar jika dalam pengembangan destinasi wisata, pemerintah fokus menguatkan beberapa destinasi terlebih dahulu. Nantinya jika destinasi wisata tersebut telah berkembang dengan baik, destinasi lain dapat dikembangkan kemudian.

Pemerintah telah menetapkan 5 Destinasi Super Prioritas (DSP) untuk pengembangan wisata, yaitu Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Likupang, dan Labuan Bajo. Kali ini, yuk kita kulik salah satu DSP yaitu DSP Toba.

Toba, Riwayatmu Dulu

Danau Toba merupakan danau terluas di Indonesia, dan juga merupakan salah satu danau vulkanik terbesar di dunia. Danau ini memiliki panjang 100 km, lebar 30 km, dengan kedalaman mencapai 505 m (Kemenparekraf, 2021).

Disebut danau vulkanik karena danau ini adalah gunung api yang meletus puluhan ribu tahun lampau. Letusan itu sangat kuat dan berdampak terhadap perkembangan kehidupan manusia pada zamannya. Letusan Toba mengeluarkan  magma hingga 2.800 kubik (Kompas.com, 2021) dan membentuk kaldera yang luas. Air menggenangi kaldera dan terbentuklah Danau Toba. Demikian dipaparkan oleh ilmuwan, dengan bukti-bukti ilmiah yang ditemukan.

Lain dengan masyarakat Toba sendiri. Melalui penuturan leluhur, terkisah legenda Danau Toba, dari seorang petani bernama Toba.

Suatu ketika Toba memancing lalu memeroleh ikan mas yang merupakan jelmaan bidadari cantik. Toba ingin menikahinya dan bidadari bersedia asal Toba berjanji tak akan mengatakan pada siapapun dari mana asal usulnya. Toba setuju lalu mereka berdua menikah dan memiliki anak bernama Samosir.

Suatu ketika ibu Samosir menyuruh sang anak mengirim makanan buat ayahnya di ladang. Samosir pergi, namun di tengah jalan ia lapar dan memakan bekal untuk sang ayah. Mengetahui makanannya habis, Toba marah lalu tercetuslah kata-kata yang seharusnya tak terucapkan.

"Dasar kau anak ikan!"

Datanglah mendung bergulung-gulung lalu hujan deras berhari-hari, hingga terbentuklah sebuah danau dengan pulau di tengahnya. Danau itu kemudian diberi nama Danau Toba, dan pulau yang terbentuk di tengahnya disebut Pulau Samosir.

Ada Apa di DSP Toba?

Danau Toba sekarang sudah bukan 'milik' bangsa Indonesia saja, namun telah diakui sebagai situs dunia, Heritage of Toba. Dewan Eksekutif UNESCO telah menetapkan kaldera Toba sebagai Global Geopark, atau warisan dunia yang harus dijaga dengan baik (Nuraini, 2020). Hal ini merupakan dukungan internasional terhadap pengembangan Toba ke depan, sekaligus mengandung konsekuensi bahwa pemerintah Indonesia dan khususnya masyarakat Toba, harus menjaga dan melestarikan danau nan elok ini.

Pada awal artikel ini telah penulis ungkapkan dua kekayaan DSP Toba yaitu kisah asal usulnya secara ilmiah dan menurut legenda. Dua hal itu sudah dapat menarik minat wisatawan untuk datang ke Toba. Apalagi kemudian dua hal tersebut berkembang menjadi kekayaan lain yang saling melengkapi.

Selain pemandangan alam yang indah nan menawan di mana kita bisa mendapatkan sunrise maupun sunset terbaik di Toba, daerah ini juga unik karena terdapat pulau di atas pulau dan danau di atas danau. Pulau Samosir berada di atas Pulau Sumatera, dan di Pulau Samosir terdapat Danau Sidihoni dan Danau Aek Natonang yang secara harafiah bisa dikatakan terletak di atas Danau Toba. DSP Toba juga memiliki kekayaan berupa 12 air terjun yang indah.

Bentang alam Toba juga merupakan areal yang tepat untuk melaksanakan berbagai kegiatan olahraga menantang dan berbagai fasilitas untuk itu sudah tersedia. Misalnya saja olahraga bersepeda, trekking dan kemping, serta kayaking. 

Terdapat trek sepeda mulai dari yang datar, naik, hingga turun. Sepanjang jalur sepeda kita disuguhi hawa sejuk dan pemandangan yang memanjakan mata. Area untuk trekking dan kemping antara lain di Bukit Holbung, Gunung Pusuk Buhit, dan Bukit Gajah Bobok.  Kayaking merupakan jenis olahraga air yang menggunakan alat bantu berupa perahu kecil yang disebut kayak.  Melakukan kayaking di Danau Toba merupakan tantangan yang menarik bagi penggemar olahraga ini.

DSP Toba juga merupakan magnet untuk para ilmuwan. Kaldera Toba, dianggap sebagai laboratorium terlengkap mengenai kaldera (Nuraini, 2020). Ilmuwan dalam bidang konservasi sumber daya alam, tertarik meneliti flora fauna di DSP Toba. Terdapat ikan endemik yang hampir punah di Danau Toba, yaitu ikan Batak. Ilmuwan antropologi tertarik pada masyarakat Toba dan semua unsur budaya yang melingkupinya.

Berbicara tentang budaya, tak lengkap jika tak membahas mengenai masyarakatnya. Masyarakat DSP Toba sebagian besar merupakan suku Batak Toba. Nuansa adat dan tradisi masih dijunjung tinggi. Beberapa upacara adat masih dipertahankan dan merupakan bagian dari atraksi wisata yang menarik wisatawan. Tak lupa makanan tradisionalnya bisa menjadi daya tarik wisata tersendiri yaitu wisata kuliner.

Adat, tradisi, dan berbagai upacara suku Batak antara lain: Partuturan (tradisi masyarakat Batak untuk menanyakan marga setiap kali bertemu), yang falsafahnya adalah untuk memperkuat kekerabatan dan persaudaraan antar marga Batak; Dalihan Natolu, tradisi bersikap baik terhadap tiga pihak yaitu keluarga istri, perempuan, dan kerabat semarga; Mangulosi, tradisi pemberian ulos dari orang yang dituakan pada berbagai peristiwa kelahiran, pernikahan dan kematian; Umpasa, kata-kata menyerupai pantun bermakna doa yang diucapkan pada berbagai upacara adat; Manortor dan Margondang, menari dengan diiringi musik tradisional pada berbagai pesta adat; Mangalahat Horbo, upacara penyucian dosa; Mangongkal Holi, upacara mengumpulkan tulang belulang jenazah orangtua untuk dipindahkan ke tempat yang lebih baik.

Adapun 5 kuliner Batak yang terkenal dan bisa kita jumpai di DSP Toba adalah Naniura (jenis makanan berbahan dasar ikan yang dimatangkan dengan cara direndam asam atau jeruk), Arsik Ikan Emas (ikan mas diberi bumbu andaliman dan bawang batak), Manuk Napinadar (jenis masakan ayam yang kaya rempah), Sambal Tuk-Tuk (sambal khas Batak dengan aroma andaliman), dan Mi Gomak (mi khas Batak dengan perpaduan bumbu andaliman dan kecombrang). 

Wow, sungguh merupakan rangkaian adat dan tradisi serta kuliner yang sangat lengkap. DSP Toba memang merupakan perpaduan kekayaan alam ciptaan Tuhan yang memesona dan adat budaya yang kaya. Bila tak sempat melihat langsung keragaman budaya, kita bisa mengunjungi beberapa museum di sana. Hmm, apalagi yang ditunggu, ayo kita ke Toba!

Yang Harus Dibenahi di Toba

Pemerintah telah bekerja keras mengembangkan DSP Toba dan seluruh kekayaan destinasi telah siap dinikmati oleh wisatawan. Ibarat makanan lezat, siap disantap. Tapi tentu makanan lezat perlu kestabilan rasa, kepiawaian koki, dan testimoni orang yang sudah merasakannya, agar kelezatannya terdengar di seluruh dunia dan makin banyak orang datang ingin mencicipinya.

Beberapa hal yang perlu dibenahi ataupun dipertahankan di Toba adalah:

1. Permudah akses ke Toba

Perlu diperbanyak fasilitas transportasi ke Toba mulai dari transportasi jarak jauh (pesawat ke Medan), maupun transportasi lokal dengan harga terjangkau. Fasilitas infrastruktur terkait, misalnya kondisi jalan dan fasilitas publik pendukungnya seperti hotel, penginapan, dan tempat makan, perlu ditingkatkan kualitasnya.

2. Pertahankan wisatawan yang pernah datang, dan tarik lagi lebih banyak wisatawan.

Promosi merupakan hal terpenting dalam pengembangan sebuah destinasi wisata. Selain pengelola wisata sendiri yang melakukan promosi, wisatawan merupakan aktor yang tak kalah penting. Wisatawan akan mengabadikan kegiatannya dengan mengambil foto-foto, lalu disebarkan di media sosial. Itu bentuk paling sederhana dari promosi. Penulis/blogger juga perlu dilibatkan dalam kegiatan promosi karena tidak hanya membagikan foto, tapi juga kesan keindahan yang dirasakan di Toba. Orang akan semakin tertarik untuk datang.

Memperluas makna dari kegiatan wisata juga dapat menarik wisatawan lebih banyak lagi. Maksud dari memperluas makna wisata adalah orang datang ke berbagai DSP di Indonesia tidak khusus berwisata saja. Kita juga bisa MICE di berbagai destinasi wisata di Indonesia. MICE adalah singkatan dari Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition. 

Nah, kita bisa melakukan kegiatan rapat, pameran, kegiatan family gathering kantor di berbagai DSP di Indonesia. Bekerja dan berkegiatan di tempat yang indah sekaligus berwisata tentu merupakan hal yang sangat menarik. Ini terbuka untuk wisatawan domestik maupun asing. Jadi jika punya teman warga negara asing, sampaikan saja padanya untuk MICE di Indonesia Aja. Salah satunya MICE di DSP Toba.

3. Pelibatan masyarakat lokal 

Masyarakat lokal adalah subjek sekaligus objek pembangunan wisata. Masyarakat terlibat dalam perencanaan sebuah destinasi wisata, terlibat sebagai aktor pelaksana, dan mendapatkan keuntungan ekonomi dari imbas kegiatan wisata. Misalnya dalam pembangunan hotel, masyarakat dapat dilibatkan sebagai tenaga kerja, berperan menyuguhkan pertunjukan bernuansa adat, atau  berkegiatan ekonomi misalnya membuka warung di sekitar hotel. Tentunya dengan menaati peraturan dari pemerintah setempat agar dapat diatur sehingga tetap enak dilihat.

4. Antisipasi Terhadap Ancaman

Sebagai wisata alam yang mengutamakan keindahan dan keaslian sekitar, pembangunan infrastruktur dan berbagai fasilitas di sekitar Toba harus diusahakan ramah lingkungan dan tidak berpotensi merusak keaslian danau. Selain itu, datangnya rombongan turis dengan berbagai perilakunya selain memberikan dampak peningkatan ekonomi Toba, juga berpotensi meningkatkan sampah dan berbagai kerusakan lain. Perlu disusun dan ditegakkan peraturan, agar DSP Toba tetap terjaga keasrian dan kelestariannya.

Sebagai penutup, saya sebagai penulis mengimbau, yuk kita ke Toba! Jejak Toba dan anaknya, Samosir, dapat kita lihat pada riak air  Danau Toba dan bentang alam di Pulau Samosir. Adapun kecantikan bidadari jelmaan ikan alias ibu si Samosir, dapat kita lihat pada keindahan keseluruhan DSP Toba yang memesona. Let's go to Toba!**

Daftar Pustaka:

Kemenparekraf. 2021. 10 Danau Paling Memesona di Indonesia diakses 25 September 2021

Kompas.com. 2021 diakses 26 September 2021

Nuraini, Ratna. 2020. Kaldera Toba, Antara Kesempatan dan Tanggungjawab. diakses 26 September 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun