Hampir sama dengan peneliti adalah teknisi. Tugas pokok dan fungsi seorang teknisi adalah membantu peneliti dalam melaksanakan tugas penelitian. Jadi, beban kerjanya lebih ringan dari pada peneliti. Namun seorang teknisi yang 'bisa kerja' dalam arti cekatan bila diberikan tugas, secara otomatis memiliki beban kerja yang lebih berat dari pada sesama teknisi yang 'kurang bisa kerja'. Teknisi yang cekatan juga ada yang diperbantukan di seksi.
Mengapa Merangkap?
Tanpa mengkotak-kotakkan struktural ataupun fungsional, perbedaan beban kerja antar ASN di kantor saya memang nyata adanya.Â
Apabila kegiatan penelitian telah usai dilaksanakan, saat itu teknisi biasanya sudah tidak banyak kegiatan. Penyusunan laporan umumnya hanya dilakukan oleh tim peneliti yang terlibat.Â
Saat seperti ini, teknisi harus rajin-rajin mencari kegiatan sendiri. Ia dapat menyusun dan mengolah data sendiri, lalu membuat tulisan.Â
Ia juga dapat mengajukan diri untuk mendapat tambahan tugas dari kepala balai (walau sependek pengetahuan saya, jarang ada teman kantor yang khusus menghadap kepala balai untuk minta pekerjaan tambahan).Â
Sedangkan peneliti, walau sudah menyelesaikan tanggung jawab pekerjaan penelitiannya, masih memiliki pekerjaan sambungan yaitu menyusun jurnal, makalah seminar, dan publikasi lainnya.
Pada umumnya peneliti atau teknisi diberikan pekerjaan tambahan, jika diketahui ia memiliki kelebihan yang dibutuhkan untuk pekerjaan struktural. Yang berhak memberi tugas tambahan kan hanya bos, karena semua rangkap tugas nantinya akan diberikan SK (Surat Keterangan).
Show your talent, and you will get another task in your jobdesk.
Salah satu teknisi di kantor saya mendapatkan kerjaan rangkap sebagai pengelola BMN (Barang Milik Negara) di bawah bagian tata usaha.Â
Hal ini dikarenakan di satu sisi salah satu staf pengelola BMN baru saja meninggal, sehingga staf yang ada tinggal satu orang dan ia keberatan bekerja sendirian.Â