Padahal kalau saya sedikit lebih berani, tentunya saya bisa melakukannya sendiri. Saya rasanya kurang punya nyali. Yang sempat saya realisasikan hanya keinginan belajar bahasa asing (waktu itu kursus bahasa Inggris dan bahasa Jepang) -- walau bahasa Jepangnya lupa semua gara-gara nggak pernah dilatih dan dipraktikkan.
Jadi, lakukan apa yang kamu mau, senang-senangkan dirimu dengan penghasilan yang kauperoleh dari tetes keringatmu sendiri. Karena kalau sudah nikah, mungkin akan lebih banyak yang harus ditahan demi pertahanan dan keamanan keluarga, hahaha.
Bagaimana dengan target menikah di usia 25?
Halah.Â
Menikah jangan ditarget-target dan nggak harus cepat-cepat. Menikahlah jika sudah bertemu dengan orang yang tepat. Yang saat melihatnya, hatimu 'krenteg' dan jiwamu terpikat. Tentunya tetap dibarengi dengan pertimbangan yang cermat. Jangan hanya karena bucin atau karena tidak mau dibilang usiamu sudah telat.Â
Sepakat?
Jadi, tetaplah semangat dan rayakan usia 25-mu dengan gembira. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H