Singkat cerita, saya berhasil mengirim dua naskah novel anak untuk lomba di tahun 2020 kemarin. Wah, saya sendiri nggak menyangka kalau bisa. Soalnya selama ini nulisnya selalu yang pendek-pendek. Nulis novel sering, tapi banyak yang mandeg separuh jalan dan kemudian hanya menghiasi folder laptop.
Saya merasa senang sudah berhasil mengirim dua naskah novel untuk lomba tersebut. Saya sudah tanamkan dalam hati bahwa menyelesaikan naskah itu saja sudah merupakan kemenangan buat saya yang orangnya malesan. Tapi tetep dong, namanya kompetisi tentu saja saya juga berharap untuk menang.
Dan pada hari pengumuman lomba ... Jreeeeng!
Sudah tahu kan, apa yang terjadi? Betul. Naskah saya dua-duanya tidak ada yang lolos. Kumenangiiiiis, membayangkan... OK, baiklah, saya butuh menenangkan diri dulu.
Waktu itu saya memberikan waktu untuk diri saya termangu-mangu selama tiga hari. Iya jelas, dong. Wajar. Bagaimanapun saya sudah mencurahkan waktu untuk nulis dua novel dan berusaha yang terbaik. Terbaik versi saya tentu, yang tentunya bukan versi juri. Setelah tiga hari bersedih, saya berusaha mengatasi kekecewaan dan menyikapi kegagalan dengan baik. Sebelumnya saya sempatkan memasang status berupa quote di akun instagram saya.Â
Dan berikut ini 4 cara saya menyikapi kegagalan:
1. Sadar diri tapi tidak putus asa
Saya berusaha untuk sadar diri. Saya masih newbie di dunia novel anak. Saingan sesama peserta lomba sebagian adalah penulis yang sudah malang-melintang di dunia kepenulisan novel anak. Apalagi setelah kemudian beberapa waktu setelah pengumuman lomba, penerbit memosting sinopsis novel-novel pemenang. Wow, memang karyanya layak menang karena idenya out of the box di samping gaya penulisan yang sudah bagus. Baik, saya akui level ilmu nulis saya belum sampai ke sana. Yang penting saya tidak boleh menyerah, latihan terus biar nulisnya tambah bagus.
2. Cari temen curhat yang mengerti saya
Kalau sedang sedih, butuh curhat, sebaiknya mencari teman yang benar-benar paham masalah kita sehingga bisa memberikan solusi yang baik. Saya waktu itu curhat ke seorang teman yang penulis dan dia bisa membuat saya legowo. Ikhlas dengan kegagalan saya.