Kelompok orang dengan daya tahan tubuh yang rentan sakit terkena infeksi TB adalah sebagai berikut: Lansia, bayi, pengidap HIV atau AIDS, pengidap Diabetes, pengidap kanker,pasien cangkok organ, pasien gagal ginjal,  orang  yang menjalani  pengobatan penyakit autoimun, kaum miskin dan kurang gizi. Orang yang berada di lingkungan pasien TB juga rentan tertular penyakit TB, misalnya keluarga penderita TB, para petugas kesehatan, serta petugas di penjara.
Orang yang bepergian ke daerah endemic TB juga bisa tertular penyakit TB.
Seseorang bila dicurigai menderita penyakit TB, maka perlu dilakukan beberapa hal demi menegakkan diagnosa, yaitu:
- Anamnesa, terhadap pasien maupun keluarganya
- Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak)
- Pemeriksaan patologi anatomi (PA)
- Test Tuberkulin (test Mantoux)
Test Tuberculin (Test Mantoux) adalah metode standar yang biasa digunakan untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis atau tidak.
Test Mantoux dilakukan dengan cara menyuntikkan 0,1 ml tuberculin Purufied Protein Derivate (PPD) ke dalam lapisan kulit di lengan bawah.  Pembacaan hasil test dilakukan antara 48-72 jam setelah disuntik. Pengujian dan pembacaan  yang tepat membutuhkan standar baku prosedur, pelatihan, pengawasan dan pelatihan. Namun pada test Mantoux ini juga bisa terjadi reaksi positif palsu, yang bisa terjadi karena beberapa hal berikut ini:
- pasien terinfeksi bakteri Mycobacteria, namun oleh jenis non Tuberculosis.
- Pasien baru diimunisasi vaksin BCG
- metode yang salah ketika menyuntik
- interpretasi/ penilaian yang salah dari reaksi
- penggunaan botol antigen yang salah
Sebagian orang yang terinfeksi TB juga bisa tidak bereaksi terhadap test Mantoux, reaksi disebut negative palsu yang bisa jadi disebabkan oleh kondisi berikut ini :
- Anergi Kutaneus, ketidakmampuan untuk bereaksi kepada uji kulit karena daya tubuh yang lemah
- Infeksi TB yang baru tejadi ( antara 8-10 minggu dari paparan penyakit)
- infeksi TB yang lama (beberapa tahun)
- Usia yang masih sangat kecil ( kurang dari 6 bulan)
- Baru divaksinasi ( misalnya: campak)
- Penyakit  akibat virus (campak, cacar air)
- metode penyuntikan yang salah
- interpretasi/ penilaian yang salah dari reaksi.
Tentu saja rangkaian test untuk  menegakkan diagnose TB harus dilakukan, tidak hanya test Mantoux saja. Â
Saat ini juga sudah terdapat test yang lebih akurat dalam mendiagnosa TB, yaitu Test IGRA (IFN Gamma Realease Assay)
Test IGRA Â
Test IGRA  adalah test untuk mendeteksi  infeksi TB dalam tubuh dengan bahan pemeriksaan berupa darah. IGRA bekerja dengan cara mengukur respons imunitas selular atau sel T terhadap infeksi TB.
Sel T dalam tubuh pasien yang terinfeksi TB akan diaktivasi sebagai respons terhadap sensitisasi  antigen berupa peptide spesifik Mycobacterium tuberculosis, yaitu Early Secretory Antigenic Target-6 (ESAT6) dan Culture Filtrate Protein-10 (CFP-10) yang ada di dalam reaksi. Sel T akan menghasilkan Interferon Gamma (IFN-y) yang diukur dalam pemeriksaan.
Protein yang digunakan dalam test  IGRA ini tidak terdapat dalam vaksin BCG dan MOTT (kecuali Mycobacterium kansasii, Mycobacterium marinum, Mycobacterium szulgai), sehingga test IGRA ini sangat spesifik dan tidak terpengaruh oleh vaksin BCG. Hasil positif test IGRA lebih akurat hingga 6x lipat dibandingkan test tuberculin (Mantoux).
Tahun lalu Prof. Naima Wiazzane  dari Oxford Immunotec, London, UK.  memberikan seminar  dan pelatihan tentang pemeriksaan Igra Test T-Spot.TB  yang diadakan di Rumah Sakit Mayapada Jakarta Selatan.  Saya termasuk peserta yang hadir diantara para teknologi laboratorium medis dari beberapa rumah sakit dan laboratorium klinik di Jabodetabek.  Narasumber lainnya adalah Ibu Feronica Dewi Putri juga hadir sebagai sales dan product Specialist  dan juga sebagai penterjemah Prof Naima. Para peserta semuaya  sangat antusias mengikuti seminar dan pelatihan yang berlangsung selama 2 hari ini. Laboratorium Rumah Sakit Mayapada  besar, sehingga bisa menampung para peserta yang juga praktek langsung mengerjakan prosedur IGRA test. Pelatihan ini sangat bermanfaat demi  meningkatkan keahlian peserta. Para peserta seminar bisa menanyakan langsung kepada Prof Naima tentang berbagai hal yang pernah dijumpai di laboratoriumnya saat melakukan test IGRA, dari mulai prosedur kerja hingga interpretasi hasil.
Juga yang harus diperhatikan adalah darah harus segera diperiksa kurang dari 8 jam setelah pengambilan darah. Bila darah diperiksa ke laboratorium rujukan, maka stabilitas darah harus tetap dijaga dalam kondisi sejuk, bukan dingin ataupun terkena suhu panas. " Do not refrigerate or freeze blood samples." Interpretasi hasil dari IGRA test dinyatakan dengan positif, negative, dan borderline.
Test IGRA merupakan test terkini yang spesifik dan sensitif untuk pemeriksaan Tuberculosis. Test nya lebih mudah dan tidak terpengaruh oleh vaksin BCG. Karenanya diharapkan nantinya IGRA test  bisa menggantikan uji tuberculin yang mempunyai banyak kelemahan dan masih banyak dilakukan di negara berkembang. Test IGRA akan membantu perkembangan pada pasien laten TB (LTBI) menjadi TB aktif.Â
 Jangan dilupakan juga anak-anak yang mempunyai keluarga dengan riwayat terkena TB, juga bisa menjadi anak Laten TB (LTBI), maka test IGRA juga bagus dilakukan pada anak-anak tersebut bila anak sering batuk-batuk tak kunjung sembuh dan berat badan turun,  apakah ada kemungkinan berkembang ke arah TB aktif .